Blog Tour Interlude: Day-5 ‘Giveaway’

Cover Interlude
Cover Interlude

Tak terasa sudah sampai di hari kelima saya menjadi Host Blog Tour pertama kalinya. Yakni Blog Tour Interlude novel karya Mba Windry Ramadhina yang diadakan oleh penerbit Gagas Media.

Nah, sesuai koar-koar saya sejak Blog Tour pertama sampai yang keempat kalau di hari terakhir Blog Tour nanti akan ada Giveaway yang berhadiah satu novel Interlude yang akan dikirim langsung oleh Gagas Media kepada pemenang.

Nah inilah waktunyaaaa….

Teman-teman pecinta buku sudah siap ikutan kan? 😀

Baiklah, baca baik-baik syarat-syaratnya ya:

  1. Memiliki alamat (rumah) di Indonesia. Nah,  WNI yang domisili lagi di luar negeri boleh ikut kok, asal ada alamat di Indonesia.
  2. Follow blog ini, bisa via email, wordpress atau bloglovin.
  3. Follow twitter @muhrasyidridho, @gagasmedia dan @windryramadhina
  4. Sebarkan link Giveaway ini di twitter, mention @muhrasyidridho dengan hesteg #Interlude (di twitter wajib, di fesbuk boleh-boleh saja)
  5. Baca resensi Interlude dan beri komentar ya https://ridhodanbukunya.wordpress.com/2014/05/24/blog-tour-interlude-day-4/
  6. Jawab pertanyaan di kolom komentar dengan nama, twitter dan kota tinggal, cukup sekali saja. Pertanyaannya adalaah: 1. Jika kamu adalah Kai, apa yang kamu lakukan ketika orang tuamu dalam keadaan tidak akur dan akan bercerai? 2. Jika kamu teman Hanna, bagaimana cara kamu mengatasi traumanya? Ini hanya jika ya, semoga kita terhindar dari segala keburukan 🙂
  7. Giveaway ini diadakan mulai tanggal 25-31 Mei 2014 (cukup lama kan?). Nanti pemenang akan dipilih dari jawabannya ya, jadi jawablah dengan baik, jangan lupa berdoa 🙂

Selamat mengikuti dan semoga kamulah yang beruntung 🙂

 

 

45 respons untuk ‘Blog Tour Interlude: Day-5 ‘Giveaway’

  1. cilcantya 25 Mei 2014 / 09:24

    Nama : Cantya Dyana Larasati
    Id Twitter : @cilcantya
    kota tinggal : Surakarta

    Ikutan ya kakak ^^
    1. Kalo aku ada di posisi Kai dengan keadaan orangtua yang hampir bercerai mungkin pertama kali depresi juga :” Gak bisa bayangin kalo orangtua harus pisah. Tapi, bukan berarti aku menyerah kan sama keadaan? Mungkin pertama nglakuin pendekatan ke masing2 dulu, ke mama atau ke papa. Setelah ngerti sebenernya apa masalah yang ada di antara mereka, mungkin aku bisa ngasih solusi dari sudut pandang seorang anak :’) Kalo setelah ngasih solusi ke mereka pasti ada 2 kemungkin. Pertama, mereka mencoba memperbaiki keadaan yang ada. Ini pasti yang di harapkan kan? 🙂 Tapi ada kemungkinan kedua dimana mereka masih gak bisa buat bersama lagi 😦 kalo yang terjadi kemungkinan yang ini, mungkin aku harus mulai bisa menerima kalau memang ini yang terbaik menurut mereka :’)
    2. kalau aku jadi Hanna buat bisa ngilangin trauma, pertama harus mulai bisa mengikhlaskan dan menerima masa lalu 🙂 pasti memang susah apalagi dengan keadaan lingkungan yang gak mendukung, tapi buat aku nih anggep aja apapun yang dikatakan orang lain selama mereka gak tau gimana rasanya ada di posisi kita anggap saja angin lalu. Dan harus bisa membuktikan di depan mereka kalo kita gak seperti yang mereka katakan bahkan lebih baik dari mereka 🙂 dukungan dari keluarga dan teman deket juga penting buat ngilangin trauma 🙂

    terima kasih kakak^^ semoga berkesan 🙂

    Suka

  2. dian nafi 25 Mei 2014 / 09:26

    1. Jika kamu adalah Kai, apa yang kamu lakukan ketika orang tuamu dalam keadaan tidak akur dan akan bercerai?
    aku akan bergabung dengan kelompok dan lingkungan positif yang akan menggenapi rasa kehilangan, retak dan mengobati kekecewaanku. Masalahnya adalah bukan masalah yang menimpa, tetapi bagaimana kita menyikapinya.

    2. Jika kamu teman Hanna, bagaimana cara kamu mengatasi traumanya?

    akan aku ajak Hanna menuliskan semuanya. dalam bentuk apa saja, demi mengalirkan traumanya. dengan sendirinya trauma itu akan tersembuhkan. Kudoakan juga agar dia sembuh dari trauma dan menatap hidup ini kembali dalam frame positif dan bermakna

    Suka

  3. dian nafi 25 Mei 2014 / 09:26

    oh ya, twitternya @ummihasfa tinggal di demak jawa tengah 🙂

    Suka

  4. luckty 25 Mei 2014 / 09:56

    Nama: Luckty Giyan Sukarno
    Twitter: @lucktygs
    Kota tinggal: Metro, Lampung

    1. Zaman sekarang, banyak remaja yang mengalami masalah berat di rumahnya. Aku juga mendapati banyak juga murid-murid yang broken home. Pembelajaran, sebenarnya ketika orang tua bercerai, anaklah yang menanggung imbasnya. Jadi keinget jaman sidang skripsi, yang waktu itu temanya tentang poligami dalam sebuah film. Ketika di akhir sidang pertanyaannya adalah; “Di luar konteks teori, apakah setuju dengan poligami?” Kemudian aku jawab dengan muka polos; “Berbagi bapak saja susah, apalagi berbagi suami.” :)) #MalahCurcol

    Aku berbagi bapak (menikah lagi) sudah sekitar tujuh tahun (setelah ibu meninggal). Bukan waktu yang sebentar. Tidak mudah untuk membagi orang yang kita cintai untuk orang lain, apalagi membagi orang tua. Butuh proses untuk menerima keadaan. Orangtua yang menikah lagi atau bercerai seperti yang dialami Kai sedikit banyak mempengaruhi sisi psikologis si anak. Sikap Kai sebenarnya hanyalah pelarian dari masalah yang dihadapinya, hanya ingin diperhatikan oleh orang tuanya. Tinggal bagaimana orang-orang disekitarnya mau merangkulnya atau membiarkannya kebablasan.

    2. Hanna trauma karena menjadi korban pemerkosaan oleh kakak tingkatnya di ruang perpustakaan rumahnya. Pemerkosaan ini membuat Hanna mengalami trauma yang dalam. Maakkk..kebayang kalo jadi Hanna bakal trauma kalo ke perpustakaan, terus nggak bakal aku jadi pustakawin kayak sekarang ini >.<

    Jika jadi teman Hanna, errr..bingung juga musti gimana. Dibutuhkan kepekaan dan memahami perasaan teman. Yang utama sebenarnya adalah mendengarkan segala keluh kesahnya. Orang yang sedang mengalami luka hati/ trauma biasanya bukan minta diberi saran atau malah dinasehati yang muluk-muluk, mereka hanya butuh untuk didengarkan. Karena hanya dengan bersedia mendengar segala unek-uneknya justru berpengaruh besar pada masalah seseorang. Tanpa pendapat yang menghakimi, kritikan atau saran memojokkan yang justru membuat mentalnya down.

    Temuilah di rumahnya, habiskan waktu bersama-sama dengan berdiskusi, menonton TV, melakukan hal yang seru, atau membantunya menyingkirkan barang-barang kenangan yang mengingatkan akan rasa trauma tadi. Lakukan hal ini selama beberapa hari agar dia tahu bahwa ada seseorang yang akan mendukungnya baik di saat senang maupun sedih. Hal tersebut akan membantunya pulih secara mental.

    URL share:

    #MerapalJampiJampiTimbunan
    #TebarGaramKeberuntungan 😀

    Suka

  5. Azzah 25 Mei 2014 / 12:31

    nama : Azzah Hanifah
    twitter : @azzahanif
    kota : Tegal
    1. pertama doa. minta sama Tuhan biar ortu berpikir jernih dan sadar. lalu tanya, tanya gimana pertama kali mereka temu, merajut cinta lalu nikah. Kemudian mengingatkan mereka tentang impian mereka berdua saat bersama. Mengingatkan masa indah mereka, kasih foto keluarga dan bilang, “Jadi, selama ini kalian cuma buang waktu buat bersama kalau kalian cerai. Kalian jangan egois.” Kasih saran ke Ayah (karena perempuan biasanya terlalu gengsi) untuk pujian pada ibu, ucapan terimakasih karena selama ini telah mendampingi ayah, kecupan di kening dan ya katakan “i love you.” everyday~ hehe
    2. menunjukkan rasa peduli, memotivasi untuk membuka diri pada dunia, menjadi sandaran dan mendampingi dengan tulus ketika Hanna membutuhkan dan tidak mengungkit masa lalunya yang menyakitkan, mengajaknya melakukan berbagai hal positif seperti membaca bersama, traveling, memasak bersama untuk mengembangkan dirinya supaya lebih baik dalam berfikir dan bertindak. Sederhana tapi berkesan.

    Suka

  6. yustie amanda 25 Mei 2014 / 14:27

    nama: Yustie Amanda
    twitter: @yyyustie
    kota: Cimahi
    follow via bloglovin dan share di sini

    1. Well, aku gak pernah ngebayangin ortuku begitu, tapi mari berpura-pura menjadi Kai. Aku mungkin bakalan menghindari perkelahian mereka, aku memang nggak suka berdekatan dengan mereka yang tidak akur, aku bukan penengah yang baik. Tapi aku gak akan lari gitu aja. Jadi, aku bakal mendatangi ortuku sendiri-sendiri dan menanyakan alasannya kenapa harus diputuskan bercerai sih? memang tidak ada jalan keluar lain? memang mereka tidak memedulikan perasaanku kalau mereka berpisah? Setelah mendapat jawaban dari keduanya, yaah, jika aku mendapat jawaban, aku akan berusaha membantu. Dan kalau memang keputusan mereka tetap begitu, aku sebagai anak pasti kecewa banget. Tapi mungkin itu yang terbaik, cuma mungkin aku gak tau gimana rasanya kalau misalkan mereka masing2 punya pasangan lain. Pasti aneh rasanya. Tapi setidaknya aku beruntung masih bisa melihat mereka daripada tidak bisa melihat mereka lagi alias meninggal._.

    2. Oke Hanna, lo masih beruntung gak hamil, atau lo juga masih untung gak dimutilasi setelahnya *plak* ampun Han, aku cuma pengen kamu bersyukur karena pasti ada orang yang lebih menderita._. Gini loh, ya. Aku pernah di posisi jadi teman Hanna. Saat itu aku cuma bisa simpati, ikut sedih dengan apa yang menimpanya. Dengan sabar aku mendengarkannya bercerita, menjawab sesekali jika dia bertanya. Tapi cuma sebatas itu. Setelahnya, aku paling cuma bisa membantunya melupakan masalahnya dengan tidak pernah mengungkitnya dan tidak membiarkannya sendirian karena kalo itu terjadi aku yakin banget dia bakal mikir kemana-mana. Lalu aku akan meyakinkannya kalau pasti masih ada cowok yang baik hati yang bakal nerima dia. Sebenarnya, apapun gimana Hannanya sendiri dalam melawan traumanya, dia mau gak membuka diri dan menerima kenyataan dengan lapang? kalo dia mau berarti dia hebat. Dan dia juga harusnya sadar, jangan mikirin diri sendiri terus karena sudah ternodai *ceilah bahasanya*, dia harusnya liat orang sekitarnya, well, maksudnya orang disekitarnya yang menyayanginya, mereka pasti gak mau Hanna trauma terus.

    Suka

  7. Adelia Ayu Mustikarini 25 Mei 2014 / 20:35

    Adelia Ayu Mustikarini
    @AdeliaAM
    Surabaya

    1) Jika aku mempunyai orang tua yang tidak akur dan hampir bercerai? Oh, sepertinya bukan “JIKA”, tapi “KETIKA”. Aku pernah mengalami ini. 2 kali orang tuaku mengalami kejadian ini. Dan, apa yang aku lakukan? Yang pertama, ketika aku masih kecil, aku belum tau apa apa, dan ketika mendapati mereka bertengkar dan mengucapkan kata cerai, aku menangis. Menangis sebisa mungkin. Aku ngga mau menatap mereka berdua. Aku menganggap mereka sudah jahat. Tapi aku tidak tahu, siapa yang jahat di antara mereka, aku menganggap mereka berdua jahat. Berkat tangisanku ketika kecil tersebut, mereka luluh dan berdamai.
    Yang kedua? Ini aku alami ketika aku kelas 9, setahun yang lalu, ketika aku mau menempuh ujian nasional. Aku sudah mulai beranjak remaja, aku tahu kenapa pertengkaran itu bisa terjadi, aku tahu kenapa perceraian itu apa, dan aku tau apa masalah yang membuat mereka jadi gini. Awalnya aku diam, ketika aku ditanya sama mama, “kamu mau sama mama apa ayah?”. Dua kali beliau tanya, aku tetap diam. Dan tiga kali beliau tanya, aku berontak. Aku menangis lagi. Aku bilang, “Terserah! Kalaupun aku mengeluarkan pendapat, kalian ngga mau dengar aku kan?! Tolong dong fikirin perasaan anak yang ngga bersalah apa-apa. Kalau kalian gini, anak PASTI jadi korban! Dosa apa kami, Ma? Tega sama anak kalian, kalau kayak gini? Jangan mementingkan ego semata, Ma!” kupeluk Mama, “Kalau kayak gini, aku ngga mau ikutan UN. Biarin kayak gini aja.” lanjutku. Akhirnya dengan ancaman itu, mereka ngga jadi bercerai dan alhamdulillah berdamai sampe sekarang. Semoga tidak terulang lagi ya Allah.

    2) Jika aku mempunyai rasa trauma seperti Hanna, apa yang aku lakukan? Mungkin pertama memang menangis, mengurung diri di kamar, menyesali perbuatan selama ini. Tapi setelah itu, aku akan mendekati Allah. Aku curhat ke Allah. Aku meminta ampun kepada Allah. Aku yakin, Allah maha segalanya. Allah maha pelindung. Mungkin dengan cara itu, trauma perlahan akan hilang, walaupun ingatan akan tetap melekat. Karena Allah menciptakan kita dengan otak yang sangat hebat. Bisa menyimpan dan mengingat beeeeeeeeeeeeeerjuta juta informasi di dunia ini. 🙂

    Suka

  8. Lisvy Nael 26 Mei 2014 / 02:46

    Ikut ngramein nih mas 😀
    1. Jika orang tua terancam pisah, aku bakan ngajak mereka jalan-jalan ke tempat terbuka dan camping. disana kita menjadi orang yang saling percaya untuk saling melindungi dan dilindungi. mungkin susah mewujudkannya, tapi ini posisi dimana kita menempatkan diri sebagai mediator yang harus mereka ikuti. saat momen “di luar” itu lah upaya mediasi dan resolusi diupayakan. Alam adalah ciptaan Tuhan, dan kita bagian dari alam, jadi kita pun ciptaan-Nya. mendekatkan diri padaNya melalui cara ini mengingatkan siapa kita. perpisahan yang dijalin baik-baik dan akan diputus merupakan bagian dari merusak mekanisme kerja alam.

    2. jika saya jadi teman Hanna, akan aku ajak berjelajah menikmati indah dan luasnya alam ini. kukenalkan pada orang-orang yang mungkin senasib dengannya tapi mampu bertahan bahkan melejit menggapai impian. kukenalkan pada seornag temanku yang takkan melihat masa lalunya karena yang ia impikan adalah masa depan dan bukan masa lalunya. lalu kukatakan “jika kau sedang tak kuasa menahan laju memori itu dalam ingatanmu, makan datanglah kepadaku dan kita buat kenangan yang indah hingga kau sulit tidur karena terus terkenang dan senyum-senyum sendiri akan indahnya kenangan yang kita buat” haha udah kaya ngegombal aja nih aku mas 😛

    Suka

  9. Lisvy Nael 26 Mei 2014 / 02:56

    eh,,lupa ngenalin diri ya?
    nama : Lisvy Nael
    twitter: @LisvyNael
    alamat: Malang

    Suka

  10. Siti Maryam 26 Mei 2014 / 06:45

    Izin ikutan kak
    Nama : Siti Maryam
    Twitter : @aii_SM
    Kota : Majalengka

    1. Kalau aku ada di posisi Kai aku akan menghabiskan waktu sama orangtua, berusaha untuk mendekatkan mereka kembali. Kebersamaan bisa membuat mereka memikirkan ulang keputusan mereka. Selain itu lebih banyak melakukan dialog sama mereka, setidaknya aku bisa lebih mengerti jika memang perceraian itu tidak bisa di hindarkan lagi.

    2. Saat ngobrol di usahakan untuk tidak menyinggung soal laki-laki atau hal-hal yang menjurus ke sana. Lebih sering mengajaknya aktif dalam kegiatan dan sebisa mungkin selalu ada saat dia butuh.

    Suka

  11. Asy-syifaa Halimatu Sadiah 26 Mei 2014 / 18:36

    ASYSYIFAAHS
    @asysyifaahs
    Bandung

    1. Agak sulit memang membayangkan orangtua mengalami perpecahan dalam keluarga. Dan semoga memang tidak terjadi. Jika aku Kai, maka bukan tidak mungkin akan mengalami depresi. Itu wajar, bagaimana seorang anak yang tidak ikut campur dalam urusan rumah tangga atau bahkan tidak tahu-menahu, menjadi kena dampak dari perselisihan ego kedua orangtuanya. Depresi adalah salah satu hal yang menurutku pasti terjadi di setiap anak yang mengalami broken home, dan itu nggak salah kok. Memangnya siapa sih yang mau orangtuanya pisah? Tapi tidak menutup kemungkinan juga kan bahwa seorang anak broken home bisa berkarya? Banyak kok di luaran sana mereka-mereka yang dulunya depresi hasil perceraian orangtuanya, malah pada akhirnya bisa berprestasi. Kalaupun (ini hanya jika, semoga tidak terjadi) aku jadi salah satu anak yang mengalami hal demikian, tentu saja harus bangkit dan mengembalikan semuanya seperti sebagaimana mestinya. Anggaplah kejadian itu tidak pernah terjadi, atau bahkan kita tidak pernah mengetahuinya sama sekali, mungkin saja kan kita bisa lebih fokus untuk mewujudkan segala mimpi kita daripada harus mengurung diri menyesali perbuatan yang bahkan tidak kita lakukan dan memang bukan salah kita. Lagipula, Kai, walaupun memang dia badboy, itu bukan salah dia, dia badboy karena orangtuanya terlalu egois. Tapi lihat, di balik ke-badboy-annya itu, dia masih tetap bisa berprestasi dengan jeniusnya, setidaknya diungkapkan dengan cerita bahwa Kai sering dapat IPK 4—sempurna—dan komitmennya terhadap Second Day Charm, band jazznya. Itulah Kai, dan inilah aku, walaupun mungkin si anak broken home itu nantinya akan ‘sedikit berubah’, tapi menurutku perubahan itu tidak serta merta menjadikan benar-benar berbeda, si anak hanya berubah karena keadaan yang memaksanya berubah.
    2. Aku adalah teman Hanna. Sulit juga bagaimana menghadapi seorang teman yang mengalami trauma masa lalu akibat jadi korban pemerkosaan kakak tingkatnya. Kalau boleh jujur, aku bukan seorang pendengar yang baik, tapi (menurut teman-teman) aku bisa dikategorikan sebagai orang yang memberi saran yang baik. Satu yang perlu aku kerahkan disini adalah…, rasa peka aku terhadap peristiwa kelam Hanna di masa lalu. Anggap sajalah aku yang menjadi Hanna, kadang kita bisa lebih mudah memahami suatu peristiwa dengan membayangkannya seolah-olah ‘kitalah’ yang menjadi pemeran dalam peristiwa tersebut. Dari kebanyakkan orang, Hanna hanya butuh dipahami, dipahami akan kondisinya yang (tidak salah) jika ia harus mengalami trauma berat. Orang semacam Hanna itu tidak banyak meminta, mereka hanya ‘perlu didengar, dan dipahami’ tanpa harus memberikan pendapat kita (sebagai teman) untuk memberinya saran agar melakukan sesuatu ini, dan sesuatu itu. Tidak, Hanna dan orang-orang semacam Hanna, HANYA BUTUH DIDENGAR DAN DIPAHAMI. Bukan tidak mungkin ketika mereka menceritakan semuanya, dimulai dari kronologisnya, hingga perasaan trauma mereka, mereka akan merasa lega, seolah-olah satu beban pikiran yang selama ini mengganjal terlepaskan, bebas. Dan sebagai teman Hanna, tanpa harus memojokkannya dengan pura-pura mendengarkan atau sok bijak, maka cukuplah untuk bersedia menjadi sandarannya ketika ia butuh bahu yang nyaman, di sampingnya. Paling tidak, kita bisa melakukan banyak hal bersama teman, melakukan suatu kegiatan yang bisa menghilangkan pikiran-pikiran negatif itu yang takutnya malah bikin Hanna mengambil keputusan yang terlalu jauh dan salah besar. Jalan bareng, makan bareng, nonton bareng, main bareng, selfie bareng, banyak kok yang bisa dilakukan, walaupun tidak sepenuhnya melupakan kejadian kelam tersebut, setidaknya itu bisa menyembuhkan trauma ketakutannya terhadap lelaki.

    https://twitter.com/asysyifaahs/status/470992199383908352

    Suka

  12. Nama : Jejen Zaenal Muttaqin
    Twitter : @jzmuttaqin
    Kota : Majalengka

    Ini pandangan laki-laki

    1. Aku sih cuek selama uang jajan masih utuh dan mengalir haha. tidak terlalu dipikirkan toh yang namanya orang tua kalau kita kasih saran pandanganya itu malah kita sok mengajari dan orang tua tidak suka akan hal itu karena mereka kebanyakan merasa paling dewasa, berpengalaman., padahal mereka egois, keras kepala, cerai ya cerai saja toh mereka pasti tau yang mana yang lebih baik dari sifat asanya yang tinggi. dan tak selamanya letak titik masalah bukan berada dari inti masalah tapi dari zona akibat dimana seseorang berpikir “saya harus memperjuangkan nasib baik di masa depan atau saya akan meratapi nasib ini secara terus menerus padahal detik demi detik terus berdetak”. solusinya sih simple.
    kita cukup berkomitmen bahwa kelak saya tidak akan seperti orang tua saya dimana membuat keluarga kecil pun tidak bisa apalagi keluarga besar.
    2. memberikan dia motivasi hidup agar lebih baik, menjadi pendengar yang baik, sayangnya seorang laki-laki itu jarang ada yang terbuka tentang masalahnya karena mereka tahu sebagian hanya ingin tahu bukan ingin memberi solusi sekalipun itu sahabat dekat. solusi hanya ada pada diri sendiri, begitu pula dengan motivasi hanya ada pada diri orang itu sendiri, orang lain hanya sekedar membangunkan. dan saya sebagai temanya hanya ingin membangunkan hal tersebut tidak lebih.

    Jujur saya belum pernah baca novel sampe tamat, namun setelah saya baca sinopsis di https://ridhodanbukunya.wordpress.com/2014/05/24/blog-tour-interlude-day-4/
    saya sangat tertarik unttuk mendapatkanya dan berniat judul buku “Interlude” lah yang benar2 pas untuk novel yang pertama kali saya baca sampai tamat sampai tidak ada kata yang terlewat,

    Suka

  13. soffa cloudsomnia 27 Mei 2014 / 15:39

    Kakak ikutan yaaaaaa 😀 😀 😀

    Nama: Nurdiani Soffa
    Twitter: @feicloudsm
    Kota tinggal: Bekasi

    1. Jika kamu adalah Kai, apa yang kamu lakukan ketika orang tuamu dalam keadaan tidak akur dan akan bercerai?
    Mungkin aku akan sama dengan Kai. Sama-sama kalut. Namun, bukan berati aku akan ikutin jejak Kai jadi pemabuk. Karena alkohol bukan solusi. Alkohol hanya membuat perasaan kita melayang sesaat dan setelahnya, bukan tak mungkin masalah lain menimpa kita. Jadi, siapa sih yang mau orang tua kita pisah? Aku sebagai anak pasti bakal melakukan apa saja agar mereka bersatu kembali. Namun, aku cuma seorang anak. Aku juga nggak mau dituduh terlalu banyak ikut campur permasalahan orang tua. Mungkin aku akan menyendiri sampai rasa kalutku hilang. Aku akan cari kegiatan yang bisa membalikkan rasa percaya diriku. Tentunya kegiatan yang aku suka. Itu hanya sekadar pelampiasan yang positif. Nah, kalau sudah begitu, aku akan mencoba dekati ayah dan ibu di waktu yang beda. Aku cuma mau bicara empat mata. Aku akan cari tahu, mengapa mereka bisa tidak akur? Tentunya, aku akan bicara lembut dan membuat mereka nyaman di dekat anaknya. Jika memang mereka sudah merasa patut untuk berpisah. Dan mereka keukeuh pada pendiriannya. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku cuma ingin mereka berpisah dengan damai. Namun, tetap aku tak ingin perpisahan menjadi akhir dari segalanya. Komunikasi tetap harus ada.

    2. Jika kamu teman Hanna, bagaimana cara kamu mengatasi traumanya?
    Sebagai teman aku pasti percaya bahwa kejadian itu benar-benar murni perkosaan bukan atas dasar suka sama suka. Trauma seperti ini memang bahaya untuk masalah psikis. Namun, aku akan meyakinkan Hanna kalau semua pria tak bejad seperti itu. Aku siap selalu ada di sampingnya terus. Aku hanya nggak ingin temanku semakin stres memikirkannya. Aku akan ajak dia ke tempat-tempat yang indah, lalu mengajaknya ikut kegiatan yang positif namun menyenangkan, membuatnya kembali merasa nyaman berada di tengah lingkungan, mencoba berbicara lebih dekat padanya untuk melupakan orang yang membuat hidupnya hancur dan aku akan mencari sosok pendamping untuk dirinya. Maksud pendamping itu, ada di saat Hanna butuhkan, bisa memaklumi trauma Hanna dan mau menerima Hanna dengan segala kekurangan, dan yang terpenting bisa membuat Hanna nyaman. Karena sesungguhnya, yang bisa mengobati trauma itu sendiri yah dirinya sendiri. Aku sebagai teman hanya bisa membantunya dari luar. Dan Hanna harus mendungkungnya juga dari dalam.

    Suka

  14. Jz Muttaqin 28 Mei 2014 / 00:36

    Nama : Jejen Zaenal Muttaqin
    Twitter : @jzmuttaqin
    Kota : Majalengka

    Ini pandangan laki-laki

    1. Aku sih cuek selama uang jajan masih utuh dan mengalir haha. tidak terlalu dipikirkan toh yang namanya orang tua kalau kita kasih saran pandanganya itu malah kita sok mengajari dan orang tua tidak suka akan hal itu karena mereka kebanyakan merasa paling dewasa, berpengalaman., padahal mereka egois, keras kepala, cerai ya cerai saja toh mereka pasti tau yang mana yang lebih baik dari sifat asanya yang tinggi. dan tak selamanya letak titik masalah bukan berada dari inti masalah tapi dari zona akibat dimana seseorang berpikir “saya harus memperjuangkan nasib baik di masa depan atau saya akan meratapi nasib ini secara terus menerus padahal detik demi detik terus berdetak”. solusinya sih simple.
    kita cukup berkomitmen bahwa kelak saya tidak akan seperti orang tua saya dimana membuat keluarga kecil pun tidak bisa apalagi keluarga besar.
    2. memberikan dia motivasi hidup agar lebih baik, menjadi pendengar yang baik, sayangnya seorang laki-laki itu jarang ada yang terbuka tentang masalahnya karena mereka tahu sebagian hanya ingin tahu bukan ingin memberi solusi sekalipun itu sahabat dekat. solusi hanya ada pada diri sendiri, begitu pula dengan motivasi hanya ada pada diri orang itu sendiri, orang lain hanya sekedar membangunkan. dan saya sebagai temanya hanya ingin membangunkan hal tersebut tidak lebih.

    Jujur saya belum pernah baca novel sampe tamat, namun setelah saya baca sinopsis di https://ridhodanbukunya.wordpress.com/2014/05/24/blog-tour-interlude-day-4/
    saya sangat tertarik unttuk mendapatkanya dan berniat judul buku “Interlude” lah yang benar2 pas untuk novel yang pertama kali saya baca sampai tamat sampai tidak ada kata yang terlewat,

    Suka

  15. Jz Muttaqin 28 Mei 2014 / 00:41

    Nama : Jejen Zaenal Muttaqin
    Twitter : @jzmuttaqin
    Kota : Majalengka

    Ini pandangan laki-laki

    1. Aku sih cuek selama uang jajan masih utuh dan mengalir haha. tidak terlalu dipikirkan toh yang namanya orang tua kalau kita kasih saran pandanganya itu malah kita sok mengajari dan orang tua tidak suka akan hal itu karena mereka kebanyakan merasa paling dewasa, berpengalaman., padahal mereka egois, keras kepala, cerai ya cerai saja toh mereka pasti tau yang mana yang lebih baik dari sifat asanya yang tinggi. dan tak selamanya letak titik masalah bukan berada dari inti masalah tapi dari zona akibat dimana seseorang berpikir “saya harus memperjuangkan nasib baik di masa depan atau saya akan meratapi nasib ini secara terus menerus padahal detik demi detik terus berdetak”. solusinya sih simple.
    kita cukup berkomitmen bahwa kelak saya tidak akan seperti orang tua saya dimana membuat keluarga kecil pun tidak bisa apalagi keluarga besar.
    2. memberikan dia motivasi hidup agar lebih baik, menjadi pendengar yang baik, sayangnya seorang laki-laki itu jarang ada yang terbuka tentang masalahnya karena mereka tahu sebagian hanya ingin tahu bukan ingin memberi solusi sekalipun itu sahabat dekat. solusi hanya ada pada diri sendiri, begitu pula dengan motivasi hanya ada pada diri orang itu sendiri, orang lain hanya sekedar membangunkan. dan saya sebagai temanya hanya ingin membangunkan hal tersebut tidak lebih.

    Jujur saya belum pernah baca novel sampe tamat, namun setelah saya baca sinopsis di https://ridhodanbukunya.wordpress.com/2014/05/24/blog-tour-interlude-day-4/
    saya sangat tertarik unttuk mendapatkanya dan berniat judul buku “Interlude” lah yang benar2 pas untuk novel yang pertama kali saya baca sampai tamat sampai tidak ada kata yang terlewat.

    Suka

  16. Santi Wiryawan 28 Mei 2014 / 03:22

    Nama : Fransisca Susanti

    Twitter : @siscacook

    Kota : Bogor
    1. Jika kamu adalah Kai, apa yang kamu lakukan ketika orang tuamu dalam keadaan tidak akur dan akan bercerai?
    Aku akan berusaha berbicara dari hati ke hati dengan kedua orang tuaku secara bergiliran, seperti mediasi, menjembatani apa yang mereka rasakan, problem apa yang dirasakan menghambat hubungan mereka berdua. Pernikahan ialah komitmen dan tidak mudah untuk menyatukan 2 hati, 2 pikiran yang berbeda. Kalau memang orangtua masih saling cinta, aku akan memohon untuk saling mengalah, saling meredam ego masing-masing, dan mencari jalan tengah/solusi yang bisa memuaskan kedua belah pihak. Tapi, jika orang tua saling bersikeras ingin berpisah, jika memang hal itu lebih membahagiakan mereka, aku tidak akan menghalanginya. Karena walaupun bercerai, aku tetap anak mereka dan mereka tetap orang tua aku. Singkatnya, aku tidak menghalangi kebahagiaan orangtuaku =)

    2. Jika kamu teman Hanna, bagaimana cara kamu mengatasi traumanya?
    Aku tidak akan menggurui, menjudge apapun pada Hanna. Tapi, berusaha memberikan dukungan moril dan memberikan pandangan-pandangan yang positif. Cara menghadapi trauma ialah belajar menghadapinya secara langsung, dengan maksud mengakui memang musibah perkosaan itu terjadi. Tuhan memberi ujian ada artinya. Jalan dan pikiran Tuhan sulit dimengerti oleh kita. Tapi, Tuhan tidak akan memberi ujian yang beratnya lebih dari batas kemampuan kita. Perkosaaan itu siksaan secara jasmani dan menyiksa psikis. Tapi, untuk apa merasa diri kotor, karena jiwa kita tetap tidak ternoda. Jika ujian ini berhasil Hanna lewati, ia akan menjadi gadis yang kuat dan tabah. Memang Hanna merupakan korban situasi dan aku merasa prihatin terhadap nasibnya, tapi pemerkosalah yang sebenarnya patut dikasihani, bukan Hanna. Karena pemerkosa tersebut orang yang kalah dan pengecut. Kalah oleh nafsunya. Pengecut karena tidak gentle, tidak berani bertanggung jawab. Tetap dalam nurani pemerkosa, ia merasa takut dan dikejar dosa sepanjang hidupnya, walaupun ia tidak mengakuinya =)

    Suka

  17. dianmayy 28 Mei 2014 / 10:31

    -Dian-
    @dianbookshelf
    Makassar

    Question:
    1. Jika kamu adalah Kai, apa yang kamu lakukan ketika orang tuamu dalam keadaan tidak akur dan akan bercerai?
    2. Jika kamu teman Hanna, bagaimana cara kamu mengatasi traumanya?

    Answer:
    1. Kalo saya jadi Kai (naudzubillah) ketika orang tua saya memutuskan & mengumumkan perceraian mereka, hal pertama yang saya lakukanadalah merangkul adek-adekku. Sebagai anak sulung yang punya banyak adek, pastinya kami akan merasa terpukul, sedih, hancur, malu dan berbagai perasaan berkecamuk lainnya. Tapi kalo saya tenggelam dalam keamburadulan, nah siapa yang akan menghibur adek-adekku meskipun itu dengan kalimat sederhana: “jangan menangis, semua akan baik-baik saja.” Padahal saya pun tidak merasa yakin, apa saya akan baik-baik saja nantinya. Tapi at least, saya harus kuat & tegar sebagai seorang kakak. 🙂
    2. Kalo saya jadi teman Hanna, sebagai sesama perempuan, saya pasti memahami betapa sakit & malunya kehormatan kami dirampas. Naudzubillahminzalik. Demi tuhan, itu adalah perbuatan kriminal nomor satu yang ditakuti semua perempuan di muka bumi. Tidak peduli berapupun umur mereka. Nah, sebagai seorang teman yang bisa saya lakukan adalah menjaga perasaan dia dengan tidak menampilkan film-film vulgar di depannya, menjauhkan laki-laki asing dari hadapannya dan meminjamkan dia pundak saat dia menangis sampai dia mau membuka diri nantinya. Yang mana pasti akan butuh waktu yang teramat lama. Namun sebagai seorang sahabat & sesama perempuan, saya tahu betul bagaimana perasaannya. Dan saya akan berlaku selayaknya saya di posisinya. That’s all what I can do for Hanna. 🙂

    Suka

  18. Alfindy Agyputri 29 Mei 2014 / 01:07

    Ikutan ya kak! 😀

    Nama: Alfindy Agyputri
    Twitter: @alfindyagyputri
    Kota tinggal: Batam

    1. Jika kamu adalah Kai, apa yang kamu lakukan ketika orang tuamu dalam keadaan tidak akur dan akan bercerai?
    Bantu tenangkan suasana, ajak berdoa dan baca Alkitab, karna di Alkitab kan jelas dibilang apa yang telah disatukan Tuhan tidak boleh dipisahkan manusia. Ajak nonton Fireproof aja. Bagus banget film itu. Tentang sepasang suami istri yang mau cerai juga, tapi akhirnya gak jadi ❤

    2. Jika kamu teman Hanna, bagaimana cara kamu mengatasi traumanya?
    Ajak banyak doa dan alihkan perhatian dia sama hal-hal lain yang positif biar lama2 lupa sama traumanya ❤ Nothing is impossible with Him!

    Sekian dan terima kasih kak :3

    Suka

  19. Fitria Mayrani 29 Mei 2014 / 01:18

    Nama : Fitria Mayrani
    Twitter : @mayranee
    Alamat : Palembang

    1. Ngadepin orangtua yang tengkar dan mau cerai itu emang bikin depresi dan dilematis. Sebagai anak, rasanya kita gak punya kuasa untuk mencampuri urusan mereka, apalagi menyelesaikan masalah mereka. Memang, dalam perceraian anak selalu menjadi korbannya. Setelah saya baca reviewnya, tokoh Kai bukanlah anak kecil yang masih butuh kasih sayang. Saya rasa Kai bisa memaklumi dan merelakan bila kemungkinan terburuk itu terjadi. Kai sudah beranjak dewasa. Kai adalah laki-laki. Saatnya Kai hidup mandiri tanpa campur tangan kedua orangtuanya.

    2. Saya gak habis pikir pemerkosaan itu bisa terjadi di tempat yang disucikan bagi para jamaah kutu buku >_< Mbak Windry nekat banget bikin ceritanya ya, hehehe 😀

    Seseorang yang sedang trauma gak perlu ceramah, nasihat, kultum atau apalah namanya. Orang trauma biasanya butuh ruang untuk menyendiri dan setelah itu dia akan mencari 'a shoulder to cry on'. Untuk sementara waktu, jauhkan benda-benda atau tempat yang bisa memicu kembalinya rasa trauma tersebut. Seseorang yang trauma butuh orang yang dengan senang hati meminjamkan telinganya untuk didengarkan segala cerita pahit, uneg-uneg, rasa sebal -yang memenuhi kepalanya. Saya rasa, jalan-jalan ke tempat seru, diskusi atau ngobrol asyik, atau mungkin jalan-jalan/liburan ke tempat yang belum pernah dikunjungi bisa menjadi solusi menghilangkan rasa trauma. Intinya, kalau saya sih, seseorang yang sedang trauma hanya perlu mengajaknya bersenang-senang. Setelah itu ia akan sadar bahwa sesungguhnya dunia ini penuh dengan hamparan kesenangan yang bisa dinikmati setiap waktu. Bahwa trauma (kejadian buruk) tidak seberapa menyedihkan dibandingkan dengan kesenangan yang ia dapatkan. Pun, keberadaan orang-orang terkasih tak kalah penting untuk bersama-sama menikmati kesenangan tersebut.

    *kemudian merapal jampi-jampi*

    Suka

  20. Nabila Amelia 30 Mei 2014 / 08:01

    Nabila A. (Surabaya)
    @NaMelia98

    Assalamualaikum wr.wb.
    Sebelumnya, salam kenal Kak Ridho, hehehe 😀
    Seneng deh akhirnya bisa ikutan Blog Tournya Interlude. Dan yang paling membahagiakan karena hostnya ngasih jangka waktu yang cukup lama buat nge jawab Giveaway ini. Hehehe 😀

    Okay, lets start!
    1. Jika kamu adalah Kai, apa yang kamu lakukan ketika orang tuamu dalam keadaan tidak akur dan akan bercerai?
    Jawab :

    Pertengkaran.
    Perceraian.

    Anak mana sih, yang tidak ketar-ketir mendengar dua masalah tersebut jika itu terjadi pada orang tua mereka? (Yang nggak ketar-ketir alias cuek bebek, hatinya dari batu, kali :p ) Ya, tentunya, sebagai anak, kalau kita berada di posisi Kai adalah … Klise. Yang pertama pasti rasanya sedih, berasa hidup kita bakal runtuh, ancur, terus ngerasa ‘kenapa-sih-tuhan-gak-adil-sama-kita?’, ‘kenapa-harus-keluarga-ku-yang-ngalami-ini? kenapa-gak-keluarga-orang-lain?’ dan berbagai perasaan lain yang berkecamuk dalam pikiran. Tentunya, karena saya cewek, untuk masalah-masalah yang seperti itu, jelas perempuan lebih perasa, sensitive dan melankolis, jadi pasti lebih mikir berat tentang bagaimana mencari solusi atas permasalahan yang ada, apalagi kalau kena masalah seperti ini. Berbeda dengan anak laki-laki yang biasanya jauh lebih tegar kalau ada masalah-masalah yang begini, bahkan sebagian dari teman-teman laki-laki saya menjawab, ‘kalau orang tua bercerai, ya sudah. Yang penting uang jajan tetep jalan dong!’ Namun, tidak bagi saya, atau mungkin anak-anak perempuan lainnya. Mereka pasti akan merasa sediiiihhh sekali jika orangtuanya bercerai. Salah satunya teman perempuan saya, sebut saja namanya Bunga (eh?), bukan bermaksud membuka aib keluarga si Bunga, tapi disini kita hanya sharing. Awalnya, keluarga si Bunga ini baik-baik saja, tapi karena suatu permasalahan, ayah-ibu Bunga memutuskan bercerai. Tentunya si Bunga sedih, dia ingin orang tuanya kembali seperti sedia kala. Namun, seiring berjalannya waktu, Bunga mulai terbiasa dengan keadaan broken home dikeluarganya walaupun masih ada yang mengganjal. Tapi dari cerita si Bunga, saya dan Bunga dapat mengambil kesimpulan, perceraian bukanlah akhir dari segalanya, tapi awal baru untuk membuka lembaran masa depan yang baru, menjadikannya sebagai pelajaran, agar di masa depan kita tidak mengalami hal yang sama. Cita-cita kita masih panjang dan masih banyak yang ingin kita raih. Jangan hanya karena perceraian orangtua lantas kita menyalahkan tuhan, menghujatNya, ingatlah, Tuhan tidak pernah memberi cobaan diluar batas kemampuan hambaNya, jangan menyalahkan keadaan, karena setiap ujian pasti ada hikmahnya. Solusi yang kita lakukan, tentunya menanyakan apa masalah yang terjadi diantara kedua orangtua bila mereka sedang diambang perceraian, lalu berdiskusi dengan kepala dingin, apakah permasalahannya masih bisa diselesaikan, kita sebagai seorang anak juga harus dilibatkan. Karena, bukan hanya orang tua saja yang terkena dampaknya, tapi anaklah yang terkena dampak besar perceraian. Buatlah lingkungan keluarga menjadi lebih ceria dan terus berdoa agar orang tua tidak berpisah. Namun, apabila masalah diantara mereka sudah kronis alias sudah tidak bisa disembuhkan, eh .. Maksud saya sudah tidak bisa diselesaikan, terpaksa, kita sebagai seorang anak harus merelakan orang tua bercerai. Mau bagaimanapun juga, orang tua melakukan ini juga untuk kebahagiaan anak-anaknya. Nah, kita sebagai seorang anak yang MISALKAN berada dalam lingkungan broken home, untuk menjaga diri kita, selalu berfikir positif. Jangan karena orang tua bercerai, lantas jatuh terpuruk lalu menghakimi tuhan dan menyalahkan orang tua, kemudian masuk dalam jurang yang sesat, narkoba misalnya. Ingat, keterpurukan dan narkoba bukan jalan keluar, seperti yang saya bilang, semua pasti ada hikmahnya. Untuk menyembuhkan depresi akibat perceraian orang tua, kita bisa mencoba hal-hal baru yang positif, misalkan dengan olahraga ekstrem, bidang seni maupun sastra. Yang pasti jangan panik. Berbagilah dengan seseorang terdekat, karena kita makhluk sosial, membutuhkan orang lain, dengan berbagi kepada orang yang kita percaya, perasaan akan PLONG. Yang terakhir, senantiasalah berdoa untuk kedua orangtua, seburuk apapun sifat dan sikap mereka, jangan malah mempersulit mentang-mentang orang tua berpisah, karena bagaimanapun, tanpa mereka kita tidak mungkin berada di dunia ini.

    2. Jika kamu teman Hanna, bagaimana cara kamu mengatasi traumanya?
    Jawab :

    Wah, wah, wah, kaget juga pas baca reviewnya kalau Hanna di ‘ha-ha-hi-hi’ in sama kakak kelasnya di ruang baca. Ckckck. Ruang baca kan punya manfaat bagus sebagai jendela dunia, mbok ya kalau sama-sama suka ‘ha-ha-hi-hi’nya pas udah sah dan cari tempat yang lebih etis (Ini ceritanya protes ke Mbak Windry, hahaha 😀 )

    Nah, ini ceritanya saya menjadi TEMAN HANNA :

    Tentunya, sebagai ‘teman’ Hanna, meskipun saya bukan pemberi solusi yang bagus, paling tidak saya akan menjadi pendengar yang baik dan dapat dipercaya. Jika saya menjadi teman Hanna, mungkin yang pertama saya lakukan adalah memeluknya, karena dengan memeluknya, saya bisa menyalurkan energi positif. Lalu membiarkan Hanna menangis sepuas yang ia mau, sampai, paling tidak ia sedikit lega. Kemudian, saya akan terus mendampingi Hanna, karena wanita korban pemerkosaan biasanya sangat dipermalukan dan hanya membuka diri pada orang yang dia percaya, tentunya saya juga akan menjaga rahasia Hanna serta berusaha menjaga perasaan Hanna dengan tidak mengungkit-ungkit sesuatu yang berhubungan dengan masa lalunya. Kemudian saya akan menasihati Hanna, bahwa, diperkosa walau bukan perkara mudah, namun bukan berarti hidup akan hancur, kita masih muda dan banyak yang ingin kita raih. Jangan mau kalah dengan anak-anak cacat. Dengan adanya permasalahan, kita harus bisa mengambil hikmah, jangan hanya terpuruk pada jurang yang kelam karena itu bukan jalan keluar! MOVE MOVE! Sebagai teman yang baik, saya akan menyarankan Hanna untuk semakin mendekatkan diri pada Sang Pencipta, karena dengan senantiasa berdoa, Insya Allah segala permasalahan akan terasa ringan, lalu meyakinkan dia, bahwa tidak semua laki-laki bejad seperti seniornya. Tak hanya itu, saya akan mengajak Hanna mencoba hal-hal baru yang positif demi menyembuhkan traumanya. Buktinya, ada dua perempuan yang berhasil bangkit dari masa lalunya, yaitu Teri Hatcher dan Billie Holiday. Dua perempuan ini, mampu melewati masa-masa terpuruk setelah diperkosa. Meskipun harus melewati lika liku kehidupan, mereka bisa sukses. Billie sukses menjadi wanita kulit hitam yang tenar dengan suara emasnya padahal hidupnya hancur tanpa ayah dan harus terkena pemerkosaan, begitu pula Teri yang sukses menjadi aktris dalam serial Desperate Housewife. Bahkan Teri aktif dalam organisasi wanita. Nah, siapa bilang wanita yang punya masa lalu pelik tidak bisa bangkit. Buktinya Teri dan Billie bisa. Hanna juga harus bisa dong! 🙂

    Kesimpulan :
    Hmm, dua permasalahan dalam novel Interlude, sama-sama berat memang, namun bila kita menghadapinya dengan kepala dingin dan disertai doa, Insya Allah semua masalah yang kita hadapi lancar. Semoga kita tidak mengalami hal-hal seperti diatas, Amin.

    Quote :
    “masa lalu selamanya tidak akan pernah menang karena ia selalu ada di belakang….”

    ― Tere Liye

    Hmm, kayaknya jawaban saya kepanjangan ya? Hehehe. Biarlah. Ini opini saya. Semoga bermanfaat bagi yang membacanya … 🙂 Wish me lucky!

    https://twitter.com/NaMelia98/status/471355191120629761

    Suka

  21. Nabila Amelia 30 Mei 2014 / 08:46

    Wish me lucky aja deh, hehehe 😀

    Suka

  22. sabdatukangbaca 31 Mei 2014 / 04:01

    Nama : Fitria Mayrani
    Twitter : @mayranee
    Alamat : Palembang

    1. Ngadepin orangtua yang tengkar dan mau cerai itu emang bikin depresi dan dilematis. Sebagai anak, rasanya kita gak punya kuasa untuk mencampuri urusan mereka, apalagi menyelesaikan masalah mereka. Memang, dalam perceraian anak selalu menjadi korbannya. Setelah saya baca reviewnya, tokoh Kai bukanlah anak kecil yang masih butuh kasih sayang. Saya rasa Kai bisa memaklumi dan merelakan bila kemungkinan terburuk itu terjadi. Kai sudah beranjak dewasa. Kai adalah laki-laki. Saatnya Kai hidup mandiri tanpa campur tangan kedua orangtuanya.

    2. Saya gak habis pikir pemerkosaan itu bisa terjadi di tempat yang disucikan bagi para jamaah kutu buku >_< Mbaj Windry nekat banget bikin ceritanya ya, hehehe 😀

    Seseorang yang sedang trauma gak perlu ceramah, kultum atau apalah namanya. Orang trauma biasanya butuh ruang untuk menyendiri dan setelah itu dia akan mencari 'a shoulder to cry on'. Untuk sementara waktu, jauhkan benda-benda atau tepat yang bisa memicu kembalinya rasa trauma tersebut. Seseorang yang trauma butuh orang yang dengan senang hati meminjamkan telinganya untuk didengarkan segala cerita pahit, uneg-uneg, rasa sebal -yang memenuhi kepalanya. Saya rasa, jalan-jalan ke tempat seru, diskusi atau ngobrol asyik, atau mungkin jalan-jalan/liburan ke tempat yang belum prnah dikunjungi bisa menjadi solusi menghilangkan rasa trauma. Intinya, kalau saya sih seseorang yang sedang trauma hanya perlu mengajaknya bersenang-senang. Setelah itu ia akan sadar bahwa sesungguhnya dunia ini penuh dengan hamparan kesenangan yang bisa dinikmati setiap waktu. Bahwa trauma (kejadian buruk) tidak seberapa menyedihkan dibandingkan dengan kesenangan yang ia dapatkan. Pun, keberadaan orang-orang terkasih tak kalah penting untuk bersama-sama menikmati kesenangan tersebut.

    *kemudian merapal jampi-jampi*

    Suka

  23. linda nurhayati 31 Mei 2014 / 14:44

    Nama : Linda Satibi
    Twitter : @LindaSatibi
    Kota tinggal : Sukabumi
    1. Jika kamu adalah Kai, apa yang kamu lakukan ketika orang tuamu dalam keadaan tidak akur dan akan bercerai? Aku pasti sedih, tapi nggak mau larut dalam kesedihan itu. Aku nggak bisa ikut campur karena orang dewasa yang sudah menikah pikirannya pasti berbeda denganku. Maka aku mau sibukkan diri dengan berkegiatan yang positif, nge-band misalnya. Kalau sering latihan kan aku makin jago main gitarnya. Terus nanti kalau aku bisa berprestasi dengan petikan gitar ini, ortu pasti bangga dong.. dan, sapa tau bikin mereka sadar bahwa ada aku, anaknya, yang harus lebih mereka pikirkan ketimbang berantem-berantem mulu.

    2. Jika kamu teman Hanna, bagaimana cara kamu mengatasi traumanya? Aku cari novel tentang perempuan yg mengalami nasib sama seperti Hanna. Bagaimana tokoh itu move-on, mungkin bisa menginspirasi Hanna. Terus aku berusaha ngajak Hanna menikmati hidup, aku cerita tentang hal-hal menyenangkan yg dulu Hanna suka, mendengarkan musik bersama, membawakan makanan-makanan kesukaannya, membelikan pernik-pernik kesukaannya, dll. Setelah itu, aku ajak dia ketemu dengan perempuan bernasib sama dengannya, jadi dia bisa melihat langsung bagaimana sosok ‘korban’ seperti dirinya, dan mendengar langsung apa saja yang dilakukannya demi mengikis trauma itu.

    Suka

  24. arya barus 31 Mei 2014 / 16:16

    1.Jika saya menjadi kai pada saat orang tua saya tidak akur dan mau bercerai,yang saya lakukan pertama adalah saya harus berdoa pada Tuhan,memohon belas kasihnya untuk terus menjaga keutuhan keluarga saya agar hal terburuk dalam kehidupan saya tidak terjadi,yang kedua saya akan berbicara dengan orangtua saya,agar mereka segera berdamai dan mengurungkan niat mereka untuk bercerai.Memang sulit bagi kita jika menjadi seorang Kai,tapi lebih bijak jika saya mendekat pada TUHAN agar kita tetap berada dalam lindungan dan bimbingannya

    2.Jika saya menjadi teman Hanna,saya mengatasi trauma Hanna adalah saya akan berbicara dengan Hanna dengan menasehati begini “Hanna ayo dong kamu harus belajar untuk bangkit perlahan demi perlahan dari masa lalumu yang suram,jangan biarkan masa lalumu yang menguasaimu sobat”.Mengapa saya menasehati Hanna? Karena Hanna itu butuh support dari orang disekelilingnya agar dia bisa bangkit melupakan masa lalunya yang kelam.Agar kelak Hanna bisa menjadi perempuan yang kembali ceria dan terbuka dengan dunia nyata.

    Nama : Arya Sakramen Barus
    Kota : Medan
    Email Follow Blog : aryabarus@gmail.com
    Blog Lovin : Arya Barus
    Twitter : @TeenNews14
    Share : https://twitter.com/TeenNews14/status/472769102688186368

    Suka

Silakan Tinggalkan Jejak