Bulan Nararya

Novel Drama Keluarga Berbalut Psikologi

Judul                            : Bulan Nararya

cover bulan nararya
cover bulan nararya

Penulis                          : Sinta Yudisia

Editor                          : Mastris Radyamas

Penerbit                       : Indiva Media Kreasi

Tahun Terbit                : Pertama, September  2014

Jumlah Halaman          : 256 halaman

ISBN                           :  978-602-1614-33-4

Peresensi                     : Muhammad Rasyid Ridho, Pustakawan-Pendiri Klub Pecinta Buku Booklicious

Novel percintaan, drama keluarga, persahabatan dan lainnya sudah jamak ditulis oleh banyak pengarang. Banyak penulis yang menulis novel sejalan dengan latar belakang pendidikannya, sebut saja Habiburrahman El-Shirazy. Penulis terkenal yang tergabung dengan Forum Lingkar Pena ini, banyak menulis novel dengan setting pesantren atau bertema besar religius- islami, seperti Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih.

Yang terbaru dari penulis Forum Lingkar Pena adalah Bulan Nararya, karya Sinta Yudisia. Sinta Yudisia saat ini sedang menyelesaikan studi Magister Psikologi Profesi di Universitas 17 Agustus 1945. Dengan latar belakang pendidikannya itu, Sinta pun menulis novel yang bersangkut-paut dengan dunia psikologi.

Bulan Nararya bercerita tentang Nararya Tunggadewi (dipanggil Ra) seorang terapis yang bekerja di sebuah klinik pusat rehabilitasi (mental health center) orang-orang yang pesakitan. Dalam hal ini mereka yang menderita skizophprenia. Yaitu, orang-orang yang struktur otaknya terganggu dan mendapatkan tekanan yang luar biasa dalam hidup yang menyebabkan kehilangan kemampuan berpikir normal dengan salah satu ciri yang spesifik: halunisasi, ilusi, delusi, waham mengikuti. Yang membedakan dengan gangguan kepribadian lain, adalah perilaku halunisasi yang parah, sehingga tidak bisa membedakan mana realitas dan halunisasi. Maka, karena itu diperlukan pusat rehabilitasi sebagai pengasingan (halaman 18).

 

Ada tiga penderita skizophprenia yang cukup dekat dengan Ra. Pertama, Pak Bulan, usianya sekitar 70 tahun. Mantan penghuni lapas, yang dari banyak cerita ditangkap karena mencuri. Pak Bulan, menyukai bulan tepatnya purnama. Meski bulan tak purnama (sabit), dia tetap menamai purnama.

Kedua Sania, gadis beranjak remaja yang ditemukan dinas sosial di terminal. Pindah dari satu panti sosial, ke panti sosial lainnya. Akhirnya menetap di pusat rehabilitasi. Sejak kecil Sania kurang kasih sayang. Dibesarkan nenek miskin dan suka memukulnya dengan rotan. Ibu pemarah dan ayah perokok juga pemabuk berat.

Ketiga Yudhistira (dipanggil Yudhis), suka melukis. Mengalami gangguan kepribadian karena tekanan dari keluarganya (Ibu dan kakak-kakaknya) dan tidak mampu mengeluarkan tekanan-tekanan tersebut. Rumah tangganya dengan Diana- wanita cantik gabungan edukasi barat dan timur harus break. Setelah Yudhis membunuh kucing Persia Diana dan Yudhis pun diasingkan ke mental health center.

Ra dekat dengan mereka bertiga karena selain sering bertemu mereka untuk diterapi, tetapi juga sebagai pengalihan dari masalah yang ada semisal debat dengan Bu Sausan (pemilik pusat rehabilitasi), Moza-sahabat sekaligus partner kerja atau bahkan setelah bertengkar dengan Angga Hananto, suaminya.

Meski berprofesi terapis, sebagai manusia Ra juga tak luput dari masalah bahkan cukup menggangu keadaan psikologisnya. Yaitu, perceraiannya dengan Angga. Bukan hanya karena perceraian dengan orang yang dia cintai mengganggu pikirannya, tetapi juga karena orang yang dicintainya itu menikah dengan sahabatnya sendiri yaitu Moza.

Dalam hal ini penulis mencoba untuk memanusiawikan tokoh utama, dengan itu novel ini terasa natural. Karena pasti ada kejadian semacam ini, atau bahkan ini adalah pengalaman (kisah nyata) yang ditemukan oleh penulis di lapangan. Selain itu penulis mencoba membangun idealismenya dalam novel ini, yaitu terapi transpersonal menjadi pilihan tokoh utama sebagai metode terapi yang bisa jadi menjadi representasi metode pilihan penulis yang digunakan untuk penderita skizophprenia. Hal ini jika dari latar belakang penulis yang juga aktivis dakwah. Transpersonal adalah suatu aliran baru dalam psikologi (sebelumnya hanya psikoanalis, humanistic, behavioris) yang menyembuhkan penderita gangguan mental dengan pendekatan budaya, pengalaman puncak seperti sufi, shaman, tao, tantra dan zen (halaman 256).

Diceritakan metode ini kurang disukai oleh atasan Ra, Bu Sausan dan lebih memilih terapi tetap ketergantungan terhadap obat. Sehingga sering terjadi perdebatan antara keduanya. Namun, Ra tetap kukuh dengan pilihannya, dan mencoba terus mempelajari konsep transpersonal. Konsep yang Ra tawarkan transpersonal yang merujuk budaya ketimuran yaitu kebersamaan. Dengan maksud, dalam masa pemulihan, penderita tidak berusaha sembuh dengan mengandalkan diri sendiri plus terapi, tetapi juga dibantu oleh orang-orang terdekat dengan menemani, mensupport, dan menjaganya (halaman 247).

Buku setebal 256 halaman ini ada kemiripan dengan novel Sinta sebelumnya (Rinai, Indiva 2012), yakni juga bertokoh utama seorang terapis. Juga diselingi debat antar atasan dan anggota, dan pemilihan metode terapi yang dipakai tokoh juga religius- Islami. Hanya saja berbeda setting, yaitu Rinai di Palestina dan dan Bulan Nararya di Surabaya.

Apa yang diungkapkan di atas adalah kelebihan dari novel karya ketua umum Forum Lingkar Pena  ini. Intrik-intrik antar terapis, masalah penderita skizophprenia, prahara rumah tangga, serta pelajaran psikologi  membangun novel ini dan membuat penasaran pembaca. Alur juga tidak mudah ditebak. Namun,  novel ini terasa kurang tebal dan terkadang terlalu bertele-tele. Meski begitu, karena novel ini mengajari teori psikologi tanpa memusingkan pembaca maka novel ini memang top, dan recommended bagi semua orang.  Terkhusus mereka yang berada dalam dunia psikologi, dari akademisi, terapi sampai mahasiswa. Juga termasuk wajib dibaca oleh keluarga yang memiliki anggota keluarga menderita gangguan mental agar terbuka wawasannya. Sehingga para penderita gangguan mental lebih dihargai. Semoga dan selamat membaca!

* Resensi ini diikutkan lomba menulis resensi buku karya-karya Penulis FLP dalam rangka Milad FLP ke-18.

5 respons untuk ‘Bulan Nararya

Tinggalkan Balasan ke Muhammad Rasyid Ridho Batalkan balasan