(33-Resensi Buku 2013-Eramadina.com 26 Juni 2013) Rekam Hidup Sang Pembela Sunnah

Judul                            : Biografi Imam Syafi’i

Penulis                          : Dr. Tariq Suwaidan

Penerbit                       : Zaman

Tahun Terbit                : 2011

Jumlah Halaman          : 310 halaman

ISBN                           :  978-979-024-095-7

Peresensi                     : Muhammad Rasyid Ridho, Ketua Journalistic Club Ikom UMM dan anggota  Forum Lingkar Pena Malang Raya. Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UMM.

Muslim Indonesia siapa yang tidak kenal Imam Syafi’i? Tentu, hampir semua mengenalnya. Karena, salah satu imam mazhab dari empat mazhab sunni ini merupakan pemimpin mazhab yang banyak diikuti oleh mayoritas Muslim Indonesia. Namun, pertanyaannya, apakah di antara mereka yang menjadi pengikut Mazhab Syafi’i mengetahui seluk beluk sejarah hidup Imam Mazhabnya?

Nah, buku yang berjudul asli Silsilat al-Aimmah al-Mushawwarah (2): al-Imam al-Syafi’i ini hadir untuk menjawab pertanyaan di atas agar setiap muslim mengetahui bagaimana sejarah hidup salah satu Imam Mazhab Syafi’i.

Imam Syafi’i berasal dari Arab murni, tanpa percampuran dari yang lain. Dia dilahirkan di Gaza, Palestina 150 Hijriah. Di tahun yang sama juga wafat Imam Abu Hanifah, guru para ahli fikih Irak dan imam metode qiyas (halaman 16). Bapaknya seorang quraisy, Idris bin al-Abbas, dari bapaknya inilah dia memiliki nasab yang mulia. Bertemu dengan nasab Nabi Saw tepatnya di kakek moyang beliau yakni Abdi Manaf. Sedangkan ibunya berasal dari Azad, salah satu kabilah Arab yang masih murni. Beliau adalah wanita yang suci, taat beribadah, dan berakhlak baik.

Sejak dalam buaian ibunya, Syafi’i telah ditinggal wafat oleh bapaknya. Sejak kecil dia menjalani hidup miskin dan ditambah lagi yatim. Namun, karena nasabnya yang mulia, ketika dia dibina dengan baik  oleh ibunya, dia tumbuh baik, memiliki akhlak yang lurus, dan menempuh jalur yang mulia (halaman 23). Ibunya tak ingin kehilangan kemuliaan nasab Syafi’i dengan pindah ke Makkah, agar Syafi’i mudah mencari ilmu langsung dari tempatnya.

Syafi’i adalah seorang yang cerdas, jadi tak mengherankan sejak umur tujuh tahun sudah hafal seluruh Al-Qur’an. Syafi’i juga telah menghafal kitab hadits Al-Muwaththa’ karya Imam Malik di usia sepuluh tahun. Karena kegigihan dan selalu menyibukkan diri untuk menuntut ilmu dan menjadikannya sebagai tujuan, Syafi’i muda tidak pernah mengalami masa gejolak pubertas layaknya anak seusianya.

Imam Syafi’i mengatakan kemuliaan manusia terletak pada ilmunya, bukan karena pakaian atau penampilannya. Untuk menuntut ilmu bahasa agar fasih dia memilih hidup di dusun tempat tinggal Kaum Hudzail, suku yang paling fasih dan andal di bidang syair. Selama tujuh belas tahun dia di sana, juga untuk menuntut ilmu nasab dan sejarah. Kemudian Syafi’i ke Madinah menjadi murid Imam Malik, untuk mempelajari fiqih.

Karena kecerdasannya Syafi’i juga mengetahui ilmu falak, ilmu kedokteran, ilmu nasab dan lainnya. Ada kisah yang menarik tentang pengetahuan Syafi’i tentang ilmu medis, pertama tentang dia ditanya oleh Khilafah Harun Al-Rasyid tentang kenapa dia selalu sarapan pagi. Jawabannya adalah, Karena air masih dingin, udara masih segar, lalat masih sedikit, dan sarapan pagi dapat menekan hasrat terhadap makanan orang lain. Betapa nasehat medis yang sangat bernilai.

Kisah lainnya, ketika Syafi’i sakit ada dokter yang memeriksanya. Tangannya memegang tangan Syafi’i. Syafi’i mengatakan bahwa dokter yang memeriksanya itu juga sakit. Beberapa hari dari hari pemeriksaan itu, ternyata dokter itu meninggal. Syafi’i pun membuat syair tentang hal tersebut, yang memiliki inti bahwa siapapun termasuk dokter juga bisa saja sakit, dan tidak bisa menghalangi qadha dariNya. Sungguh, Syafi’i jika tidak selalu saja bergelut dengan fiqih maka dia bisa menjadi dokter yang andal kala itu.

Syafi’i sungguh mengagumkan, selalu semangat menuntut ilmu dan menyebarkan. Dia menuntut ilmu dari siapapun, termasuk dari muktazilah. Karena tahu bahayanya filsafat yang pernah dia pelajari, akhirnya dia menyuruh agar para pengikutnya untuk tidak mempelajari filsafat. Selain menyebarkan ilmu dengan taklim dia juga menulis banyak kitab. Kitab yang paling fenomenal dan mencakup hampir semua isi buku kecil Syafi’i yakni Kitab Al-Umm. Tidak mengherankan Imam Syafi’i memiliki banyak murid, salah satunya Imam Mazhab yang terkenal pula, Imam Hanbali.

Dengan membaca buku ini 310 halaman ini, diharapkan pembaca bisa meneladani segala kebaikan yang ada pada diri Imam Syafi’i, termasuk juga para muslimah meneladani bagaimana Ibunda Imam Syafi’i mendidik anaknya hingga menjadi lelaki panutan yang tidak dilupakan zaman. Semoga!

 

*dimuat di Eramadina.com 26 Juni 2013 http://eramadina.com/rekam-hidup-sang-pembela-sunnah/

imam syafii
cover biografi imam syafi’i