Do’s & Don’ts Pasca-Kanker Karya Pusat Promosi Kesehatan Rumah Sakit Kanker Universitas Seoul

cover-dos-donts-pasca-kanker

Gaya Hidup Sehat Bagi Penyintas

Judul                             : Do’s & Don’ts Pasca-Kanker: Panduan Lengkap Pemulihan Kesehatan Bagi Penyintas

Penulis               : Pusat Promosi Kesehatan Rumah Sakit Kanker Universitas Seoul

Penerjemah                   : Dwita Rizki

Editor                            : Ahmad Husni

Penerbit                        : Qanita

Tahun Terbit                 : Pertama, September 2016

Jumlah Halaman            : 308 halaman

ISBN                           :  978-602-402-038-5

Peresensi                      : Muhammad Rasyid Ridho, Pengajar Kelas Menulis SMPN 2 Tamanan Bondowoso

Kanker menjadi salah satu penyakit yang mematikan di dunia, sehingga banyak dari para penderita kanker atau biasa disebut survivor (penyintas) putus asa terhadap hidupnya. Setelah selesai masa pengobatan, mereka merasa tidak perlu ada upaya lagi untuk kembali sehat, karena merasa tidak akan sembuh.

Padahal faktanya, saat ini pasien yang dapat hidup lebih sehat setelah terserang kanker atau bahkan sembuh total terus bertambah hingga 64% (halaman 22). Ada seorang penyintas bernama Nona Kim yang konsultasi kepada dr. Cho Belong (Kepala Pusat Pemulihan Kesehatan Kanker Rumah Sakit Universitas Seoul). Nona Kim, menderita tiga kanker sekaligus. Namun, bisa tetap hidup sehat, karena tiga hal pertama, menjaga kesehatan dengan olahraga renang dan menari dua kali dalam seminggu, bekerja sukarela untuk orang-orang yang tidak sesehat dirinya dan hidup dengan semangat yang melebihi siapapun (halaman 14).

Nah, selama ini menurut dr. Cho,  ada banyak kesalahan pasien setelah pengobatan kanker. Mereka tidak mau melakukan saran-saran dokter, dan tidak mau meluangkan waktu untuk menjaga kesehatan dengan olahraga. Padahal, menjaga kesehatan setelah pengobatan kanker merupakan hal yang utama (halaman 16).

Di Korea, kanker adalah penyakit mematikan yang pertama. Nah, karena hal tersebut diterbitkanlah buku ini oleh Pusat Promosi Kesehatan Rumah Sakit Kanker Universitas Seoul. Dalam buku ini disarankan lima panduan kesehatan bagi penyintas kanker. Pertama, jalani pengobatan kanker primer (kanker yang muncul pertama) dan pencegahan kekambuhan kanker.

Kedua, mencegah kemunculan kanker yang lain. Ketiga, jaga diri dari penyakit kronis. Keempat, meneruskan kebiasaan hidup sehat dan terakhir vaksin untuk orang dewasa (halaman 39). Ditambah lagi dengan adanya dokter pribadi. Karena, penyintas akan memiliki banyak keingintahuan selepas pengobatan, dengan adanya dokter pribadi maka akan memudahkan penyintas untuk bertanya.

Dalam buku ini disebutkan gaya hiduplah yang akan membantu penyintas untuk menjadi lebih sehat. Pertama, harus berhenti merokok. Rokok mengandung sekitar 4.000 zat beracun, dan 43 di antaranya telah diketahui sebagai korsinogen. Asap rokok tidak hanya membahayakan sistem pernapasan secara langsung, tetapi juga memicu munculnya penyakit di semua organ ketika beredar ke seluruh tubuh (halaman 169). Memang menghentikan merokok itu sulit, perlu niat dan usaha yang kuat.

Kedua, berhenti minum alkohol. Alkohol memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan kemunculan kanker. Badan Penelitian Internasional (IARC: The International Agency for Research on Cancer) di bawah WHO mengemukakan bahwa etanol merupakan bahan utama alkohol merupakan zat penyebab kanker nomor satu (halaman 187).

Ketiga, mengatur pola makan pascapengobatan untuk menjaga berat badan ideal. Tujuan utama pengaturan pola makan pasca pengobatan kanker bukan untuk mengembalikan berat badan sebagaimana sebelum pengobatan atau untuk mengonsumsi makanan tertentu, melainkan untuk mencapai berat badan ideal (halaman 221). Dalam buku ini diterangkan secara lengkap apa saja yang boleh dan tidak, termasuk tidak disarankan untuk memakan makanan itu-itu saja.

Keempat, meningkatkan kesehatan dengan berolahraga. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa olahraga terbukti dapat mengurangi risiko kematian akibat kanker. Menurut hasil penelitian lain yang dilakukan selama 16 tahun terhadap 2.987 pasien kanker payudara, risiko kematian akibat kanker payudara menurun sekitar 1,8 kali lipat dengan berolahraga 3-5 kali dalam seminggu selama 30 menit. Menurut penelitian lain yang dilakukan selama kurang lebih 4 tahun terhadap 382 kanker usus besar, risiko kematian menurun sekitar 1,9 kali lipat dengan berolahraga 5 kali dalam seminggu dalam 30-60 menit (halaman 241).

Selain itu yang terpenting adalah semangat dalam diri. Seperti kata anonim berikut, “penyakitmu tidak mendefinisikan siapa dirimu; semangat. Kekuatan, dan keberanianmu-lah yang menunjukkan siapa dirimu sebenarnya.” Dengan demikian, tak pelak penerjemahan buku ini memang sangat bermanfaat bagi khalayak, utamanya bagi penyintas dan keluarganya. Selamat membaca!

*dimuat di Koran Jakarta 24 Nopember 2016