(51-Resensi Buku 2013-berita99.com 22 Agustus 2013) Leadership Gila Seorang Bos Penerbit

Judul              : CEO KOPLAK!!!

Penulis          : @edi_akhiles

Penerbit         : Laksana (Diva Press)

Tahun Terbit         : Maret, 2013

Jumlah Halaman     : 206 halaman

ISBN             :  978-602-7723-55-9

Peresensi         : Muhammad Rasyid Ridho, Ketua Jurnalistik Club Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang.

 

Ada kesan, menjadi seorang eksekutif ataupun bos harus selalu rapi nan formal. Namun, tidak bagi Edi Mulyono, dia tetap berpakaian santai dan selalu bersahaja. CEO sebuah penerbit besar nasional yang berdomisili di Jogja ini tidak memainkan sebuah leadership biasa. Karena Edi memang anti mainstream, dalam memimpin perusahaannya dia pun seakan melanggar apa yang ada dalam benak seorang pemimpin, dia memimpin dengan cara yang luar biasa atau lebih tepatnya disebut gila.

 

Sebuah perusahaan selalu berusaha mendapatkan untung sebanyak-banyaknya dan mengeluarkan pengeluaran sedikit-dikitnya. Tapi tidak begitu bagi Edi, dia menganggap salah satu ciri kesuksesan perusahaannya adalah dengan semakin banyaknya karyawan yang bekerja di perusahaannya.

 

Suatu ketika ada penjual mesin cetak buatan Jerman, mesin yang canggih hanya memerlukan sedikit pekerja akan tetapi mampu menghasilkan cetakan lebih bagus dan lebih banyak.  Penjual itu menawarkan mesin cetak tersebut kepada Edi, menurut sang penjual mesin cetak ini akan lebih efesien untuk penerbit besar dikelola oleh Edi. Namun, tidak disangka penawaran yang biasanya menggiurkan pemimpin perusahaan itu ditolak oleh Edi. Edi malah meminta pada penjual tersebut untuk memesan ke Jerman untuk membuat mesin cetak yang memerlukan pekerja yang banyak dengan hasil yang berkualitas tinggi. Penjual tersebut tentu kaget bukan main, dengan pernyataan Edi yang menginginkan memakai banyak pekerja.

 

Permintaan Edi tersebut bukanlah tanpa alasan, karena Edi ingin sekali mempekerjakan banyak orang sebagai upaya membantu orang lain agar bisa mendapat penghasilan hidup. Itulah yang dia sebut sebagai kesuksesan perusahaannya. Karenanya, dia menolak mesin cetak Jerman tersebut. Jika saja dia membeli, maka dia harus memberhentikan karyawannya dan itu bukanlah kesuksesan perusahaan. Tak pelak, sekarang perusahaannya telah mempekerjakan 200 orang karyawan.

 

Menurutnya, kesuksesan perusahaannya juga atas support dari karyawannnya yang banyak itu, mana mungkin dia harus memberhentikan support tersebut, karenanya dia selalu ingin menambah karyawan. Agar support untuk selalu sukses, semakin banyak.

 

Penerbit Diva Press sudah dua belas tahun dia pimpin dengan penuh suka dan duka. Ada kejadian duka yang menimpanya pada tahun 2011. Edi kedatangan seorang relasi warga Malaysia keturunan India. Dari awal kedatangan di bandara sudah Edi jemput, hotel, dan rekreasi menikmati tempat-tempat di Jogja Edi atur. Ini untuk menghormati tamu, terutama lagi dia adalah relasi bisnis Edi. Kedatangannya dalam bisnis untuk menerjemahkan karya-karya yang terbit di Diva Press ke dalam bahasa Melayu. Setelah MoU dibuat dan DP dibayar, sayang setelah itu tidak ada kabar lagi dari lelaki keturunan India itu. Sisa dari DP tidak pernah dibayar sampai sekarang. Walau begitu Edi tetap berprasangka baik, bahwa mungkin semua ini bukan rezekinya. Dia selalu bersyukur, sampai saat ini perusahaannya masih bisa terus eksis.

 

Edi juga membuat kebiasaan baik bagi karyawan Muslim yakni shalat Dhuhur berjama’ah. Suatu ketika dia keluar ruangan agak telat. Para karyawan sudah menunggu di mushalla. Namun, ada salah satu karyawan di operasi cetak menyanyi di kursi luar mushalla. Karyawan tersebut tidak tahu ada Edi di belakangnya. Edi mengajaknya shalat, bukan di sembarang tempat tapi di belakang pas Edi yang berdiri sebagai imam. Walhasil, trik ini mampu mengubah kebiasaannya yang menyanyi menjelang shalat, begitu juga karyawan lainnya.

 

Edi tidak hanya ingin dekat dengan karyawannya di dalam kantor saja. Dia juga sering mengajak para karyawannya nonton pertandingan sepak bola bareng di kafe. Terutama ketika tim kesayangannya tampil main, Manchester United. Dia mengajak karyawannya juga mentraktir. Di sana mereka bebas bercanda tidak ada sekat pembatas antara CEO dan karyawan. Mereka semua teman yang wajib dekat untuk kompak dalam bekerja.

 

Kebijakan Edi bagi penulis dan calon penulis juga sangat bagus. Dia berupaya melahirkan penulis-penulis muda berbakat. Karenanya dia membuat semacam Kampus Fiksi Diva Press, lomba-lomba menulis komedia, romantis, Jepang, Korea untuk mengasah bagi siapa yang ingin menjadi penulis. Dia cukup kecewa dengan beberapa penerbit yang ada hanya tertarik di bidang bisnis dengan menerbitkan karya yang belum cocok dicetak. Sudah begitu harus bayar pula. Edi pun sangat memudahkan lahirnya karya-karya penulis muda di penerbitnya, asal karya tersebut layak terbit. Tidak perlu pakai uang dan malah akan diberi uang. Edi dan penerbitnya konsisten membangun penerbit untuk melahirkan penulis muda di nusantara. Banyak sudah karya-karya anak muda yang terbit di Diva Press.

 

Buku semacam catatan harian otobiografi ini layak dibaca siapa saja, baik itu pemimpin perusahaan, ataupun orang biasa saja. Dalam kover juga tercantum mahasiswa dan calon suami wajib buku ini. Bukan berlebihan, buku ini mengajarkan banyak hal tentang kepemimpinan yang tak biasa bin koplak, tidak berputus asa ketika rugi, membantu orang lain yang membutuhkan. Selain menghibur, Edi sungguh bisa menjadi inspirasi dengan kekoplakannya.

http://www.berita99.com/review/8958/leadership-gila-seorang–bos-penerbit

l2nNZcxs-p_ceo-koplakjpg
cover ceo koplak