Sembuh Dari Minder, ‘N Pede Aja Kali…! Karya Ella Sofa

cover sembuh dari minder

Cara Sembuh Dari Minder

Judul                            : Sembuh Dari Minder, ‘N Pede Aja Kali…!

Penulis                          : Ella Sofa

Penerbit                       : Quanta – Elex Media

Tahun Terbit                : Pertama, 2015

Jumlah Halaman          : 134 halaman

ISBN                           :  978-602-02-6840-8

Peresensi                     : Muhammad Rasyid Ridho, Pengajar Kelas Menulis SD Plus Al-Ishlah Bondowoso

Setiap manusia pasti memiliki sifat malu. Bahkan, malu menjadi salah satu bagian dari iman seorang Muslim. Namun, malu di sini tidak bisa diartikan serampangan. Ada juga malu yang tidak boleh dilakukan, misal malu ketika akan berbuat suatu kebaikan. Malu seperti ini, sebaiknya dihilangkan dari keseharian.

Malu mirip dengan tidak memiliki kepercayaan diri atau minder. Ada banyak penyebab minder pada diri manusia. Pertama, bentuk fisik yang tak memuaskan. Ada yang memiliki fisik hitam juga gendut, sehingga menjadi pribadi yang rendah diri dan malu (26). Kedua, terlahir dari keluarga yang kurang ideal. Misal, dari keluarga yang miskin atau keluarga yang broken home (halaman 30).

Ketiga, ketika prestasi akademik kurang memuaskan. Keempat, trauma masa lalu. Misal dulu saat kecil pernah bermain bersama teman-teman, suatu ketika terjatuh, bukannya menolong, teman-teman malah menertawakan dan menyoraki. Hal ini terus teringat, dan menjadi trauma dalam hidup. Misal lainnya, trauma karena diputus oleh pacar, sehingga menjadi rendah diri merasa kalau tidak memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan (halaman 35).

Sifat malu atau minder akan terasa memiliki efek yang tidak baik, ketika seseorang yang memiliki sifat pemalu harus menampilkan diri, saat harus berbicara di depan banyak orang, saat harus berbicara dengan orang khusus. Maka, dalam buku yang berjudul Sembuh Dari Minder, ‘N Pede Aja Kali…! karya Ella Sofa ini memaparkan cara-cara mengatasi minder yang harus ditempuh.

Mengatasi minder dan malu, harus dimulai dengan menyelesaikan masalah dengan diri sendiri. Harus ditanamkan dalam diri bahwa, setiap manusia yang Allah ciptakan memiliki kelebihan dan kekurangan, jadi jangan sampai ada pikiran bahwa dia adalah manusia yang terburuk di dunia ini (halaman 46).

Kemudian, memaafkan diri sendiri dan orang lain. Ada kalanya seseorang memiliki kesalahan masa lalu, misal mencelakakan orang lain tanpa sengaja. Karena hal tersebut, maka jadilah seseorang ini menjadi tertutup dan minder karena tidak bisa memaafkan diri sendiri dan membuat diri sakit. Pada saat yang lain, ada yang berbuat salah kepada kita, kesalahannya menjadikan diri sakit. Karenanya, harus bisa memaafkan diri sendiri dan orang lain, agar hati lebih luas dan tubuh lebih sehat, dan muncul sikap percaya diri.

Kesemua di atas itu berkaitan dengan berpikir positif yang memang sangat bermanfaat. Ella memberikan cara agar selalu berpikir positif. Pertama, Mengendalikan pikiran dengan penuh keyakinan dan tetapkan pikiran pada apa yang diinginkan. Kontrollah agar apa yang masuk lewat lima indra bermanfaat dan membahagiakan (halaman 74).

Kedua, singkirkan semua pikiran negatif melalui pemeriksaan dan menghindari bergaul dengan orang-orang yang bersikap negatif. Semakin sering membiasakan diri berpikir positif, maka akan semakin cepat menyadari jika pikiran negatif muncul. Sikap negatif itu bisa diasosiakan dengan sikap suka menggosip, suka mengejek dan juga suka bully (halaman 75).

Cara lainnya yaitu menekuni hobi dan bakat yang bermanfaat. Memperkaya diri dengan wawasan yang bermanfaat dan juga bijak dalam menghadapi kritik dan ejekan. Nah, setelah semua itu, maka yang harus dilakukan adalah sikap kepada Sang Pencipta. Di antaranya memahami dan memaknai penciptaan diri.

Memaknai penciptaan diri dengan bersyukur. Ada banyak nikmat yang terhampar di alam semesta yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Manusia tidak dapat menghitung berapa banyaknya, karenanya harus ada upaya untuk selalu bersyukur. Meski, ada ujian dan cobaan yang menyakitkan. Tetap saja, masih ada banyak hal yang bisa disyukuri. Masih ada banyak nikmat yang Allah beri kepada diri kita, ketimbang orang lain. Cara bersyukur itu, dengan melihat yang lebih susah dan menyedihkan ketimbang kita, bukan orang lain yang lebih senang dan bahagia ketimbang kita.

Maka tak pelak, buku setebal  134 halaman ini sangat direkomendasikan untuk dibaca para remaja. Namun, juga bisa dibaca oleh para orangtua, sebagai pembelajaran untuk mendampingi buah hati yang beranjak remaja. Selamat membaca!

*dimuat di Harian Singgalang 13 Agustus 2017
* info buku-buku bisa bergabung di channel telegram: t.me/bukabukubukadunia