Kitab Cinta Dan Patah Hati

Memaknai Cinta dan Patah Hati

cover kitab cinta dan patah hati
cover kitab cinta dan patah hati

Judul : Kitab Cinta Dan Patah Hati
Penulis : Sinta Yudisia
Editor : Mastris Radyamas
Penerbit : Penerbit Indiva
Tahun Terbit : Pertama, Juni 2013
Jumlah Halaman : 384 halaman
ISBN : 978-602-8277-99-0
Peresensi : Muhammad Rasyid Ridho, Pustakawan-Koordinator Klub Pecinta Buku Booklicious.

Siapa yang di dunia ini tidak pernah merasakan cinta? Akan banyak yang menjawab tidak ada. Karena itulah pembahasan cinta tak akan pernah habis. Puisi, syair lagu, prosa, drama ataupun film di dominasi dengan tema-tema cinta. Bahkan para ahli tetap tekun meneliti makna cinta, baik dalam konteks fisik, batin, maupun studi sosial.

Cinta banyak melibatkan sekian ragam fungsi otak yang akan mengaktifkan adrenalin, sekian hormon, serta neotransmitter yang akan berpengaruh pada perilaku seseorang. Cinta melibatkan kognisi seseorang, sehingga apa yang diperbuatnya sangat mencerminkan apa yang sesungguhnya berada dalam bilik pemahamannya. Cinta juga melibatkan serangkaian aktivitas sosial, sehingga beberapa studi menemukan keanekaragaman budaya dalam mengungkapkan sisi hati yang paling menarik ini (halaman 5-6).

Namun begitu, jika berbicara cinta maka patah hati pantas untuk menjadi sandingan yang tidak boleh dilupakan. Karena, tak selamanya akhir cinta adalah bahagia, adakalanya cinta tidak sukses selanjutnya, hal ini biasa disebut patah hati. Mengetahui ini, sewajarnya kita harus mawas diri dalam memaknai cinta dan patah hati.

Sinta Yudisia, penulis yang banyak mendapatkan penghargaan dalam karya fiksinya seperti The Road to The Empire yang menjadi karya fiksi terbaik saat Islamic Book Fair. Kini menulis buku nonfiksi bertema tentang cinta dan patah hati yang berjudul, Kitab Cinta Dan Patah Hati. Sebagai penulis yang berlatar belakang Islam dan pendidikan psikologi, maka isi buku ini pun tak jauh dari apa yang menjadi latar belakang penulis tersebut. Sebuah buku yang memiliki maksud agar pembaca mampu memaknai cinta dan patah hati.

Buku ini terdiri dari dua bab besar. Pertama tentang cinta. Untuk memaknai kedua hal tersebut, maka paling tidak kita harus mengenal apa itu cinta atau apa definisi cinta. Jika membuka Kamus Umum Bahasa Indonesia, maka akan ditemukan banyak definisi tentang cinta. Namun, secara umum oleh penulis, cinta disebut merangkum segala emosi positif terkait kerinduan, harapan, optimisme, perasaan sangat menyukai sesuatu, mengasihi, dan punya kecenderungan (halaman 11).

Cinta seringkali dimaknai sama dengan love, begitu dalam bahasa Inggris. Namun, sejatinya jika melihat bagaimana sikap barat terhadap kata love, sungguh mengurangi keagungan cinta sendiri. Karena beberapa frase yang menggunakan kata love menunjukkan hal yang jauh dari kata cinta yang berarti afeksi (kasih sayang), interest dan pleasure (ketertarikan dan kesenangan pada sesuatu). Misal dalam frase Make Love: Kata yang harus disikapi dengan waspada karena kata ini melampau afeksi dan memperhalus kata hubungan seksual (13).

Dengan berbagai ungkapan cinta, zaman ini generasi muda mudah sekali mengatakan cinta tanpa memikirkan dan mengkhawatirkan apa yang terjadi nanti. Bahkan, seperti arti make love. Cinta pun diartikan para pecinta mau melakukan apapun, untuk yang dicintai walaupun dalam etika, moral dan agama belum pantas. Misal, melakukan hubungan seksual dengan pacar yang notabene adalah pasangan yang tidak sah. Sehingga terjadilah yang namanya, C59. Cinta 5 Menit, hasil 9 bulan! Sebuah lelucon yang lucu juga miris. Karena hal ini bisa jadi sudah menjadi hal biasa bagi generasi mudah saat ini. Karena, tak jarang ditemukan jabang-jabang bayi yang dibuang setelah aborsi.
Maka, seharusnya menurut Sinta ada baiknya bagi kita memaknai cinta seperti yang termaktub dalam Thauqul Hamamah fil Alfah wa Allaf, karya ulama Andalusia yang terkenal Ibnu Hazm Al-Andulisy. “Cinta awalnya penderitaan, dan akhirnya adalah kesungguhan. (halaman 17)”

Perkataan ini bermaksud, bahwa cinta yang benar karena Allah. Bisa jadi akan menderita, karena kita akan menikah dengan orang yang awalnya asing bagi kita. Kemudian berbagi atap, hidup serumah, mengurus kebutuhan bersama. Mencoba memahami, saling mengerti, dan kemudian dihadirkan kesungguhan hidup bersama demi meraih Ridho-Nya. Bukan cinta yang mudah di awal yang mengakibatkan kebablasan dan akhirnya malah kesulitan dan menyesal seumur hidup.

Maka penulis dalam buku ini memberikan bab akan membimbing bagi orang yang mungkin lagi merasakan cinta. Namun, sebenarnya hal itu masih perlu diraba dan dipertanyakan apakah yang dirasakan itu benar-benar cinta. Penulis pun membeberkan segala macam hal yang berkaitan dengan perasaan dan cinta dalam ilmu psikologi. Penulis menjabarkan agar pembaca mengetahui fungsi-fungsi otak agar bisa lebih logis dalam memahami perasaan (cinta).

Setelah Bab Cinta maka yang terakhir adalah Bab Patah Hati. Penulis menyimpulkan bahwa patah hati adalah kondisi emosi seseorang di mana mental yang tak lagi memiliki semangat dan kemauan untuk melakukan suatu hal. Terutama terkait percintaan – karena rasa kecewa, perasaan tidak suka yang muncul akibat peristiwa-peristiwa tak menyenangkan dengan pasangan (halaman 284).

Setiap yang mencinta bisa jadi akan merasakan patah hati walau tidak semua. Sinta berharap jika memang terjadi patah hati, jangan sampai menganggap bahwa ini adalah akhir dari segalanya. Bukan. Ini adalah awal untuk memulai hidup dengan lebih baik lagi. Penulis memberi tips agar bisa menyelesaikan patah hati yang diawali dengan pengobatan hati/ rohani dulu sebelum fisik (halaman 315).

Dengan bahasa yang ringan dan mengena, maka teori psikologi dalam buku ini terasa lebih ringan untuk dipahami. Di tiap akhir bab besar penulis juga menambahkan kisah-kisah tentang kisah sejati dalam bab cinta dan kisah tentang patah hati di bab patah hati. Dari kisah tersebut penulis berharap agar pembaca mengambil hikmah dari sisi positif dan negatif yang ada dalam kisah. Agar lebih baik di kehidupan yang mendatang. Semoga. Selamat membaca!
cover diambil dari sini

(30-Dimuat di Nabawia 11 April 2014)