Pasukan Matahari

Memetik Inspirasi Kehidupan Dalam Sebuah Novel

Judul                            : Pasukan Matahari

cover pasukan matahari
cover pasukan matahari

Penulis                          : Gol A Gong

Editor                          : Mastris Radyamas

Penerbit                       : Indiva Media Kreasi

Tahun Terbit                : Pertama, September  2014

Jumlah Halaman          : 368 halaman

ISBN                           :  978-602-1614-43-3

Peresensi                     : Muhammad Rasyid Ridho, Pustakawan-Pendiri Klub Pecinta Buku Booklicious

Bagi pegiat literasi dan kutu buku, siapa yang tidak mengenal Gola Gong. Tentu semua mengenal penulis yang terkenal lewat novel Balada Si Roy tersebut. Buku-buku karyanya sarat inspirasi, bahkan dalam diri Gola Gong sendiri terdapat inspirasi yang bisa dipetik banyak orang. Dengan keterbatasan dirinya, namun masih tetap bisa berprestasi, tidak hanya melalui karya tulis tetapi juga melalui dunia olahraga, tepatnya badminton.

Di akhir 2014, Gola Gong menerbitkan buku yang berjudul Pasukan Matahari. Inspiratif bagi pembaca tetap menjadi acuan Gola Gong dalam membuat novel. Tidak hanya itu, novel ini cukup banyak terinspirasi dari kehidupan Gola Gong selama ini yang inspiratif. Bahkan, tokoh utama dalam novel ini (Doni), adalah representasi dari Gola Gong.

Doni adalah seseorang yang tangan kirinya diamputasi sejak kecil. Namun berkat dukungan keluargan dan sahabat-sahabatnya di pasukan semut dan pasukan matahari  dia bisa melanjutkan hidup dengan positif. Meski hidup tanpa tangan kiri, Doni bisa menjuarai beberapa lomba badminton bergengsi baik nasional dan internasional. Tak hanya itu, Doni pun bisa menjadi seorang wartawan surat kabar ternama di Jakarta, walau nantinya memutuskan resign dan memilih menjadi penulis dan menbuka toko buku dan percetakan di daerah asalnya.

Ada beberapa hal yang menarik dalam novel ini. Pertama, peran keluarga dalam menumbuhkan motivasi hidup pada seorang anak. Meski akhirnya Doni harus diamputasi tangan kirinya, namun Pak Akbar (ayah Doni) tidak memperlihatkan kesedihan yang mendalam. Malah, Pak Akbar memberi motivasi kepadanya untuk terus sembuh, dan melatih diri dengan badminton serta menyukai membaca buku. Karenanya, Pak Akbar membelikan Doni raket dan buku-buku. Dengan dua kegiatan ini, Pak Akbar yakin, Doni akan menjadi sehat dan pintar. Maka, nantinya Doni tidak akan diremehkan meski hanya memiliki tangan satu (halaman 272-276). Ternyata motivasi bapaknya sangat manjur bagi Doni, dan jadilah Doni berprestasi di dunia badminton dan dunia kepenulisan.

Kedua, peran persahabatan. Persahabatan yang tulus, berbuah kebersamaan yang abadi. Dengan kebersamaan itu, fitrah manusia untuk saling membutuhkan satu dan lainnya akan terpenuhi. Doni harus diamputasi karena bermain dengan pasukan semut, maka karena persahabatan yang tulus pasukan semut terus memberi semangat Doni untuk sembuh dan tidak minder dengan kekurangannya. Begitu juga dengan persahabatan Doni dengan pasukan matahari di rumah sakit. Doni termotivasi dengan kelakuan dan kehidupan mereka yang inspiratif. Meski mereka semua adalah orang-orang yang cacat, namun mereka tidak putus asa dan selalu bahagia. Kesedihan bagi mereka adalah ketika harus saling pisah, kerena kembali ke rumah masing-masing setelah penyembuhan di rumah sakit selesai (halaman 252).

Ketiga, kampanye untuk membaca. Selain penulis Gola Gong juga masih menjabat sebagai ketua umum taman baca masyarakat se-Indonesia. Maka, tak heran Gola Gong juga menyisipkan pesan yang sangat mulia ini  di beberapa bagian novelnya ini. Pertama, saat masa penyembuhan di rumah sakit, pasukan semut yang cacat tidak hanya menghabiskan waktunya untuk bermain tetapi juga untuk membaca di perpustakaan (halaman 191). Kedua, Selepas resign meneruskan taman baca yang dibuatnya di daerah asalnya, dan mengajak anak-anak kecil di sana untuk menyukai dunia membaca yang ajaib (halaman 101). Betapa peradaban hanya bisa dibangun dengan membaca, tanpa membaca maka dunia tak akan bisa digenggam. Sejatinya, mengajak masyarakat untuk terbiasa membaca bukan banyak kewajiban moral ketua taman baca saja, tetapi juga kewajiban penulis, akademisi, para guru-guru di sekolah dan kita semua.

Maka tak heran jika tersiar kabar bahwa novel ini sedang dipelajari oleh salah satu rumah produksi, dan ada kemungkinan akan difilmkan. Karena memang novel ini inspiratif, layaknya Laskar Pelangi, Negeri 5 Negara dan sebagainya. Novel ini juga memakai bahasa yang sederhana, tidak nyastra sehingga semua kalangan bisa menyelesaikan sampai halaman terakhir dan mengambil pesan yang di dalamnya. Novel yang wajib dibaca oleh kalangan akademisi, orangtua, remaja dan semua orang, karena banyak inspirasi kehidupan di dalamnya. Selamat membaca!

* Resensi ini diikutkan lomba menulis resensi buku karya-karya Penulis FLP dalam rangka Milad FLP ke-18.