The Great Episodes Of Muhammad SAW karya Dr. Said Ramadhan Al-Buthy

cover the great episodes of muhammad karya syaikh Al-Buthy.jpg

Palestina Harus Dibela

Judul                            : The Great Episodes Of Muhammad SAW

Penulis                          : Dr. Said Ramadhan Al-Buthy
Penerjemah                   : Fedrian Hasmand, MZ. Arifin, Fuad SN

Editor                           : Dedi Ahimsa dan M. Husnil

Penerbit                       : Penerbit Noura Books

Tahun Terbit                : Pertama, Desember 2017

Jumlah Halaman          : 760 halaman

ISBN                           :  978-602-385-355-7

Peresensi                     : Muhammad Rasyid Ridho, Pengajar Kelas Menulis SMKN 1 Tapen Bondowoso

Dalam buku The Great Episodes Of Muhammad SAW: Menghayati Islam Dari Fragmen Kehidupan Rasulullah Saw., Dr. Said Ramadhan Al-Buthy mengatakan bahwa Israk adalah peristiwa ketika Allah Swt. memperjalankan Nabi-Nya dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Al-Quds. Mikraj adalah peristiwa lanjutannya yaitu ketika Nabi dinaikan melintasi lapisan-lapisan tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau pengetahuan malaikat, manusia, maupun jin. Kedua kejadian ini terjadi dalam satu malam (halaman 184).

Kejadian ini Allah abadikan dalam firmannya dalam surat Al-Isra’. “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan (‘abduhu) hamba-Nya.” Dalam bukunya yang berjudul Ensiklopedia Muhammad SAW.: Meluruskan Sejarah Nabi Melalui Al-Qur’an (terbitan Noura Books: 2014), Dr. Abdul Mun’im Al-Hafni mengatakan bahwa kata ‘abduhu dalam ayat pertama Surat Al-Isra’ adalah kata ganti untuk Nabi Muhammad dengan maksud sebagai penghormatan kepadanya sebagai utusan Allah SWT.

Saat itu, mukjizat Nabi Nabi ini menjadi pro kontra, baik bagi kaum Muslim dan kaum kafir. Ada kaum Muslim yang semakin beriman dan ada pula yang akhirnya merasa hal ini tidak masuk akal sehingga murtad, sedangkan kaum kafir menjadikan peristiwa yang ajaib ini menjadi bahan olokan. Menurut Abdul Mun’im Muhammad Umar dalam bukunya Khadijah: Cinta Sejati Rasulullah (terbitan Republika Penerbit: 2017) memberikan hikmah, bahwa Islam menjadi bersih dari orang-orang yang bersikap setengah-setengah dan ragu-ragu. Islam hanya layak dipeluk oleh orang-orang yang kuat dan teguh memegang iman di dada.

Dr. Al-Buthy dalam bukunya menguraikan ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari Israk Mikraj. Pertama, bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad beserta mukjizatnya, dan israk mikraj adalah salah satu mukjizatnya. Nabi Muhammad dan mukjizatnya tidak terpisahkan. Dia adalah manusia mulia, berbeda dengan manusia biasa lainnya.

Dalam hal ini Dr. Al-Buthy mengkritik dan menepis pandangan salah dari beberapa penulis Muslim yang menganggap jika memang memiliki keimanan yang mantap dan berakar kuat kepada Allah, maka tidak dibutuhkan lagi fenomena luar biasa seperti mukjizat. Padahal ini bermula dari para orientalis seperti Guztav Lebon, August Comte, Humme, dan Goldzhiher. Malangnya, menurut Dr. Al-Buthy karena silau dengan kebangkitan barat, akhirnya ada penulis  Muslim yang setuju dengan pemikiran para orientalis, seperti Syaikh Muhammad Abduh, Muhammad Farid Wajdi dan Husain Haikal. Dalam buku Hayat Muhammad, Dr. Al-Buthy membaca bahwa Husain Haikal sengaja menghindari hadis-hadis tentang mukjizat agar teorinya terselamatkan (190).

Kedua, seperti tulisan di awal Israk Mikraj adalah bentuk penghormatan kepada Nabi Saw. Menurut Dr. Al-Buthy hal ini sekaligus menjadi penyegaran tekad dan keteguhannya. Karena, sebelumnya Nabi mendapatkan cobaan berat berupa cacian dan perlakuan keji dari Bani Tsaqif dan Penduduk Thaif. Sampai-sampai Rasulullah, khawatir ini adalah murka Allah kepadanya. Sehingga dia berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah. Setelah itu, terjadilah peristiwa luar biasa ini.

Ketiga, kaitannya dengan perjalanan Israk ke Baitul Maqdis. Menurut Dr. Al-Buthy perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha ini menunjukkan bahwa Baitul Maqdis memiliki kedudukan dan kesucian di sisi Allah Swt. Hal ini juga menunjukkan bahwa hubungan yang sangat erat antara ajaran yang dibawa oleh Nabi Isa putra Maryam a.s. dan ajaran Muhammad bin Abdullah Saw., serta ikatan agama yang sama di antara para Nabi yang diutus oleh Allah Swt.

Dengan demikian peristiwa agung ini juga menunjukkan betapa kaum Muslim seharusnya menjaga dan melindungi tanah Al-Quds dari keserakahan zionis dan musuh-musuh agama lainnya. Dr. Al-Buthy mengatakan, “Seolah-olah hikmah Ilahi mengingatkan kaum Muslim zaman sekarang untuk tidak menyerah dan mengalah, tidak gentar, dan pantang mundur menghadapi permusuhan Yahudi terhadap tanah suci ini, dan agar membersihkannya dari najis mereka, serta mengembalikannya kepada pemilik sahnya, yaitu kaum Muslim (halaman 193). Maka Umat Islam khususnya dan rakyat Indonesia secara umum yang anti penjajahan sejatinya harus mendukung dan membela agar Palestina merdeka, karena rakyat dan negara Palestina adalah salah satu negara yang mendukung kemerdekaan Indonesia.

Pelajaran lainnya, yaitu Islam adalah agama yang memenuhi dorongan fitrah manusia paling dalam. Hal ini ditunjukkan ketika Jibril a.s. menawarkan kepada Rasulullah susu dan arak, dan Rasulullah memilih susu. Ini lambang Islam sangat menghargai fitrah manusia yang suci. Dengan demikian, buku setebal 760 halaman sangat bermanfaat ketika dibaca kaum Muslim. Dari setiap kisah, Dr. Al-Buthy selalu menyertakan pelajaran bagi kaum Muslim saat ini. Selamat membaca!

*dimuat di Harian Singgalang 2018

**Ingin memesan buku? Ke Toko Buku Hamdalah wa http://bit.ly/085335436775
gabung juga di grup
 di http://bit.ly/TokoBukuHamdalahWhatsApp

***Ohya, kalau mau mencari info tentang buku baru, resensi buku, quotes dan info kuis atau giveaway berhadiah buku, bisa gabung ke channel telegram yang saya kelola yang bernama Buka buku Buka Dunia : t.me/bukabukubukadunia