Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye

cover ayahku bukan pembohong

Pelajaran Tentang Hidup Sederhana

Judul                            : Ayahku (Bukan) Pembohong

Penulis                          : Tere Liye

Penerbit                       : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit                : Oktober 2016

Jumlah Halaman          : 304 halaman

ISBN                           :  978-602-03-3518-4

Peresensi                     : Muhammad Rasyid Ridho, Pengajar Kelas Menulis SD Plus Al-Ishlah Bondowoso

“Kau tahu, sembilan puluh sembilan persen anak laki-laki tidak pernah mau memeluk ayah mereka sendiri setelah tumbuh dewasa. Padahal sebaliknya, sembilan puluh sembilan persen dari ungkapan hati terdalamnya, seorang ayah ingin memeluk anaknya.” (Halaman 256)

Diceritakan seorang tokoh bernama Dam. Dia adalah seorang anak yang tumbuh dan besar dengan kisah-kisah yang diceritakan oleh ayahnya. Ada kisah seorang kapten sepak bola yang pantang menyerah, hingga menjadi seorang juara dan legenda yang dikenal dan dikenang banyak orang. Dalam cerita ayahnya, ayahnya menjadi sahabat Sang Kapten dan menjadi orang penting yang memotivasi Sang Kapten hingga menjadi seperti saat ini. Bahkan, kisah Sang Kapten ini memiliki pengaruh yang hebat bagi Dam,  yaitu membuat Dia tidak putus asa dalam mengikuti seleksi menjadi perenang di sebuah klub renang terkenal di kotanya, hingga menjadi perenang andal (halaman 273).

Suatu ketika Sang Kapten datang ke kota Dam, Dam senang sekali dan ingin membuktikan bahwa ayahnya memang kenal dengan Sang Kapten. Namun, ketika Sang Kapten sudah sangat dekat dengan tempat Dam, Ayah dan ibunya duduk, ayahnya tidak ingin Dam untuk mendekati Sang Kapten dan mereka pulang harus puas dengan hanya melihat Sang Kapten dari dekat. Hal ini sempat membuat Dam berpikir, apakahnya ayahnya benar-benar kenal dengan Sang Kapten (halaman 108).

Kisah lain adalah kisah Penguasa Angin. Ayah Dam bercerita bahwa dia pergi berpetualang dan akhirnya bertemu dengan suku Penguasa Angin. Uniknya suku ini dalam menggembalakan ternaknya dengan menggunakan layang-layang raksasa dan mereka duduk di atasnya.

Ayah Dam yang bertemu dengan Tutekong, mendapatkan kisah zaman dulu. Suku penguasa angin pernah dijajah oleh penjajah yang memiliki senjata mutakhir dan menanam ladang mereka dengan tembakau. Namun, suku penguasa angin terlalu bijak, mereka tidak membas kekerasan dengan kekerasan. Mereka menanggap sama saja mereka dengan penjajah, jika membalas kezaliman dengan kezaliman.

Akhirnya keputusan leluhur Tetukong adalah dengan menjaga kebijakan hidup mereka selama mungkin, dan tertanam dalam jiwa anak-anak mereka. Selain itu, anak-anak mereka diajarkan untuk mencintai alam, mencintai kesederhanaan dan membenci tembakau. Akhirnya, rasa benci itu menjadi semangat yang mengalahkan keserakahan para penjajah (halaman 157).

Kisah lainnya adalah kisah Si Raja Tidur. Seorang yang pintar, cerdas, dan pembela kebenaran. Ketika dia menjadi seorang hakim dia berani menyatakan kesalahan dan korupsi yang dilakukan oleh Presiden, hingga sang Presiden mendapat vonis hukuman seumur hidup beserta keluarganya yang juga bersalah dicebloskan ke penjara. Meski begitu, raut wajah si Raja Tidur tidak dipenuhi kebencian kepada Sang Presiden (halaman 184).

Dari cerita ayahnya tersebut, tanpa disadari memengaruhi tumbuh kembangnya Dam dan merasuk jiwanya. Seluruh komplek mengenal Dam sebagai anak yang ramah, baik hati, ringan tangan membantu, suka menyapa dan pandai mendamaikan pertengkaran. Selain itu Dam, menjadi lebih mencintai alam ketika mendengar cerita lembah bukhara dan membenci rokok dan perbuatan tidak berguna setelah mendengar kisah suku Penguasa Angin (halaman 274).

Namun, Dam kemudian menyangsikan hal tersebut dan menganggap semua cerita ayahnya adalah bohong, padahal jelas-jelasnya ayahnya tak pernah berbohong dan seluruh kota mengenal ayahnya sebagai orang paling jujur. Karena, kekecewaannya terhadap ayahnya yang tidak mau berusaha lebih untuk kesembuhan ibunya yang sakit parah, yang menyebabkan ibunya meninggal. Hingga akhirnya Dam tidak mau anak-anaknya tumbuh dengan kisah-kisah yang diceritakan oleh ayahnya.

Hingga kemudian terbongkar, bahwa ibunya adalah seorang artis yang memilih hidup sederhana dan menikah dengan ayah Dam yang juga memilih hidup sederhana. Karena begitulah sejatinya, kesederhanaan membuat bahagia. Novel ini sungguh penuh makna, selain hal di atas, novel ini bisa menginspirasi pembaca yang saat ini menjadi orang tua. Saya akhiri, dengan salah satu kutipan menarik dalam buku ini.

“Ayah tidak menjadi hakim agung. Ayah memilih jalan hidup sederhana. Berprasangka baik ke semua orang, berbuat baik bahkan pada orang yang baru dikenal, menghargai orang lain, kehidupan dan alam sekitar. Itu jalan hidup ayah. Dan itu juga yang dipilih ibu kau. Apakah ayah dan ibu kau bahagia? Kalau kau punya hati yang lapang, hati yang dalam, mata air kebahagiaan itu akan mengucur deras. Tidak ada kesedihan yang bisa merusaknya, termasuk kesedihan karena cemburu, iri, atau dengki dengan kebahagiaan orang lain. Sebaliknya. Kebahagiaan atas gelar hebat, pangkat tinggi dan kekuasan, harta benda, itu semua tidak akan menambah sedikit pun beningnya kebahagiaan yang kau miliki.” (halaman 294)

dimuat di Harian Singgalang 20 Agustus 2017
*bisa dipesan di Toko Buku Hamdalah wa http://bit.ly/085933138891
* info buku-buku bisa bergabung di channel telegram: t.me/bukabukubukadunia