Ketika Anies Baswedan Memimpin Karya Muhammad Husnil

Cover Ketika Anies Baswedan Memimpin.jpg

Jejak Kepemimpinan Anies Baswedan

Judul                            : Ketika Anies Baswedan Memimpin

Penulis                          : Muhammad Husnil

Editor                           : Budi Setiyono

Penerbit                       : Mahaka Publishing-Republika

Tahun Terbit                : Pertama,  Januari 2017

Jumlah Halaman          : 272 halaman

ISBN                           :  978-602-9474-10-7

Peresensi                     : Muhammad Rasyid Ridho, Pengajar Kelas Menulis SD Muhammadiyah Bondowoso

Buku Ketika Anies Baswedan Memimpin terbit pada Januari 2017. Jelas, buku ini terbit menyesuaikan dengan momentum di mana Anies menjadi calon Gubernur Ibu Kota Indonesia, Jakarta. Bisa dipastikan, terbitnya buku ini ingin menginformasikan kepada khalayak, khususnya masyarakat Jakarta untuk lebih mengenal sosok yang bernama Anies Baswedan.

Anies Baswedan lahir dari keluarga keturunan Arab, kakeknya adalah pahlawan Indonesia yang bernama A.R. Baswedan. Dari A.R. Baswedan, Anies banyak belajar, selain soal interaksi sosial dan kepimpinan, Anies juga belajar cara berpidato. A.R. Baswedan dulu juga seorang muballigh dan ketika ceramah Anies kecil sering diajak ke atas panggung menemaninya (halaman). Dari pengalaman itu, Anies pun belajar, sehingga mampu berbicara dan berpidato dengan penuturan yang menarik seperti saat ini.

Sejak kecil, Anies Baswedan memang sudah diajarkan untuk mandiri dan berani. Saat TK dia harus berangkat sendiri diantar becak ke TK di Masjid Syuhada Jogja. Ketika SD dia akrab dengan banyak orang, dan aktif dalam kegiatan sekolah. Oleh gurunya dia ditunjuk praktik ceramah untuk Hari Raya Idul Adha. Bahkan, saat perpisahan sekolah dia berpidato di depan banyak orang sebagai perwakilan dari teman-temannya (halaman 61).

Masuk SMPN 5 Yogyakarta Anies bergabung dengan Peleton Inti atau Tonti. Tugas utamanya adalah mempersiapkan segala kebutuhan sekolah, dan secara rutin mengisi upacara setiap senin pagi. Selain itu Anies juga aktif di OSIS, dengan menjadi anggota bidang masyarakat dan kelas dua dia menjadi ketua. Anies kemudian melanjutkan sekolah di SMAN 2 Yogyakarta. Dia pun tetap aktif di OSIS. Saat kelas dua dia terpilih menjadi ketua OSIS dan juga menjadi ketua OSIS seluruh Indonesia (halaman 75).

Anies kemudian melanjutkan studi di Fakultas Ekonomi UGM. Saat kuliah Anies aktif di HMI MPO, selain itu dia juga aktif di Senat. Ada banyak kisah menarik saat Anies telah memasuki dunia Kampus. Ketika itu ada konflik antara senat dan UKM. Pihak UKM tidak mau secara struktural di bawah naungan senat.

Konflik ini ada sejak zaman pendahulu Anies, ketika Anies baru menjadi ketua, konflik ini masih ada. Akhirnya, Anies pun mencoba untuk menyelesaikan konflik. Dia berani mendatangi UKM Gelanggang, sampai ada kesaksian begini. “Ke mana-mana kami bawa kelewang. Jadi nggak nih berantem? Wah dia (Anies) termasuk berani. Wong kita sangar-sangar kok,” kata Sugeng salah satu anak UKM Gelanggang (halaman 101).

Anies datang ke UKM Gelanggang untuk dialog, menawarkan persatuan dalam wadah yang bernama Keluarga Mahasiswa UGM. Nah, akhirnya Hasto Gelanggang menerima konsep yang ditawarkan oleh Anies. Karena Anies datang dengan baik-baik, dan Hasto suka karena Anies tidak kemlinthi.

Selain itu, ketika Anies menjadi senat dia mengupayakan cara baru dalam mengkritik pemerintah. Dia mencoba dengan penelitian yang hasilnya bisa dipertanggungjawabkan. Hal ini dia coba dalam kasus tata niaga cengkeh. Menurut Anies, penelitian seperti ini seharusnya dipakai oleh gerakan mahasiswa. Karena jika terus-menerus kritikan mahasiswa hanya melalui demontrasi, maka akan ketinggalan zaman. Lain halnya jika gerakan mahasiswa tidak hanya mengkritik tapi juga memberi solusi, karena telah melakukan penelitian (halaman 111).

Begitu juga ketika Anies menjadi rektor Universtas Paramadina. Dia membuat terobosan-terobosan baru. Seperti membuat mata kuliah anti korupsi (halaman 169). Selain itu Anies juga membuat Paramadina Fellowship atau beasiswa Paramadina bekerja sama dengan pengusaha-pengusaha Indonesia (halaman 179).

Gerakan Indonesia Mengajar (GIM) yang terkenal itu, juga lahir ketika Anies menjabat sebagai rektor Paramadina. Dari tahun ke tahun gerakan ini terus diminati banyak anak muda untuk bergabung urun tangan. Selain itu, GIM juga memiliki semacam adik seperti Kelas Inspirasi (halaman 202) dan Indonesia Menyala.

Tak bisa dipungkiri pula, bagaimana kiprah Anies ketika menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Meski harus selesai di tengah jalan, ketika menjabat Mendikbud Anies banyak mendapat apresiasi positif baik dari murid maupun orangtua. Karena menghapus UN dan membuat program mengantar anak di hari pertama sekolah yang ternyata memang banyak membuat kesan baik bagi anak dengan orangtuanya (halaman 253). Maka, saat ini ketika Anies telah terpilih menjadi Gubernur Jakarta, kita berharap Anies mampu bekerja dengan baik seperti pengalaman organisasi dan pengalaman selama menjadi mendikbud yang tertera dalam buku ini. Selamat membaca!

**Ingin memesan buku? Ke Toko Buku Hamdalah wa http://bit.ly/085933138891 gabung juga di grup di http://bit.ly/TokoBukuHamdalahWhatsApp dan http://bit.ly/TokoBukuHamdalahTelegram

***Ohya, kalau mau mencari info tentang buku baru, resensi buku, quotes dan info kuis atau giveaway berhadiah buku, bisa gabung ke channel telegram yang saya kelola yang bernama Buka buku Buka Dunia : t.me/bukabukubukadunia