Hujan Karya Tere Liye

cover-hujan

Persahabatan dan Cinta Dalam Novel Ilmiah

Judul                            : Hujan

Penulis                          : Tere Liye

Penerbit                       : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit                : April, 2016

Jumlah Halaman          : 320 halaman

ISBN                           :  978-602-03-2478-4

Peresensi                     : Muhammad Rasyid Ridho, Pengajar Kelas Menulis di SMPN 2 Tamanan Bondowoso

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari namanya berteman atau bahkan bersahabat dengan orang lain. Dengan persahabatan maka hidup seseorang akan menjadi lebih semarak, indah juga mudah. Tidak jarang pula, dari persahabatan kemudian timbullah bibit cinta lebih dari sekedar persahabatan. Namun, tidak jarang pula hal ini menjadi dilema yang sangat mengkhawatirkan bagi yang mengalaminya.

Tentang persahabatan dan cinta tidak akan ada habisnya dijadikan tema sebuah novel ataupun cerpen. Bagi Tere Liye pun sudah beberapa kali digunakan, bahkan ada salah satu kutipan darinya yang mengatakan bahwa bisa jadi sahabatmu adalah jodohmu, jadi tidak usah mencari jauh-jauh. Hujan karya terbaru Tere Liye kembali menjadikan persahabatan dan cinta sebagai tema.

Adalah Lail, tokoh utama dalam novel ini yang hidup di tahun 2042. Tahun itu jumlah penduduk dunia melonjak drastis menjadi sepuluh miliar. Sebuah pertumbuhan yang menurut salah satu profesor kala itu, sangat berbahaya bagi kelangsungan kehidupan di bumi. Alasannya adalah sejak sepuluh tahun yang lalu sudah terjadi krisis air di bumi. Enam puluh persen manusia di bumi yang berarti enam miliar orang, kesulitan mendapatkan air bersih. Di belahan lain, manusia berperang untuk mendapatkan air bersih, sedangkan pertumbuhan manusia juga tidak bisa dikendalikan. Maka, semakin tidak kondusiflah kehidupan di bumi (halaman 15).

Ketika itu Lail akan berangkat sekolah dan ibunya akan berangkat bekerja bersama dengan mengendarai kereta api yang kala itu lebih canggih dan bernama kapsul. Namun bencana alam yang menurut profesor kala itu sebagai obat paling ampuh menghampiri bumi. Gunung purba meletus dengan skala 8 VEI, melebihi dahsyatnya ketika Gunung Tambora dan Gunung Krakatau meletus. Maka, sudah jelas akan ada banyak korban dalam bencana sekaligus obat ampuh bagi virus  bertambahnya jumlah manusia (halaman 18).

Pada saat inilah Lail bertemu dengan Esok dengan keadaan sama-sama menyedihkan. Lail kehilangan ibunya dan Esok kehilangan empat kakak laki-lakinya, semuanya mati akibat bencana mahadahsyat itu (halaman 35). Esok dan Lail pun bertahan hidup dengan mengungsi di Pengungsian Nomor 2. Lapangan luas dari bekas stadion yang dijaga oleh marinir dan mereka membangun puluhan tenda raksasa, dapur umum, instalasi air bersih, dan apa pun yang bisa disediakan untuk keperluan korban gempa bumi (halaman 43).

Di pengungsian ini mereka berdua akhirnya akrab, beberapa kali Lail dibonceng oleh Esok memakai sepeda angin ke taman kota. Intinya mereka sering menghabiskan waktu berdua, akrab bagai kakak dan adik, ketika berada di pengungsian. Hingga satu tahun, akhirnya mereka harus berpisah, karena pengungsian akan ditutup oleh pemerintah. Bagi anak-anak yang tidak mempunyai rumah akan ditampung di panti sosial, sedangkan orang dewasa akan dipindah ke rumah susun, dan orang tua serta penderita sakit menahun  yang tidak memiliki keluarga dan rumah akan dibawa ke panti khusus (halaman 73).

Perpisahan ini sungguh membuat Lail sedih, pun sebenarnya sama bagi Esok. Esok akan tinggal bersama orangtua angkatnya yaitu walikota dan Lail akan hidup di panti sosial. Di Panti sosial ini Lail bertemu dengan seseorang berambut kribo yang bernama Maryam. Mereka berdua akhirnya menjadi sahabat yang sangat dekat. Mereka sama-sama menjadi perawat dan relawan ketika terjadi bencana alam di tahun-tahun berikutnya.

Memang setelah terjadi gunung meletus, bumi tidak benar-benar terjauh dari bencana. Ada banjir, kemudian salju turun tiada henti di negara-negara tropis setelah tiga bulan diluncurkannya pesawat ulang-alik oleh negara-negara subtropis, yang membawa anti gas sulfur dioksida untuk mengintervensi lapisan stratosfer. Kemudian setelah itu kemarau berkepanjangan setelah negara-negara tropis pun mengirim pesawat ulang-ulang alik untuk mengintervensi stratosfer. Prefesor kala itu, mengatakan ini akhir dunia.

Membaca novel ini saya jadi teringat dengan novel Dan Brown yang filmnya akan tayang juga yang berjudul Inferno. Sama-sama tentang usaha untuk mengurangi jumlah penduduk di bumi agar tidak terjadi kiamat. Novel yang bisa dikatakan sains ilmiah ini dari cerita cukup menarik, namun sayang porsi ilmiahnya kurang detail menurut saya. Pembaca kurang bisa membayangkan keajaiban teknologi kala itu. Sebagai karya yang ada lebih dan kurangnya, maka novel ini tetap layak dibaca. Sebab tidak hanya menghibur, namun juga tetap penuh makna. Selamat membaca!

resensi-hujan-di-harian-singgalang1-16-okt-2016

*Dimuat di Harian Singgalang

6 respons untuk ‘Hujan Karya Tere Liye

  1. kunudhani 19 November 2016 / 04:56

    aku udah baca dho, bagus sih tapi alurnya terlalu flat klo menurutku

    Suka

  2. fathisme009 22 November 2016 / 01:12

    singgalang ada fee-nya ga sih mas hehe. dan di radar surabaya banyak yg bilang lama ya cair honornya? apa benar? salam kenal.

    Suka

    • Muhammad Rasyid Ridho 22 November 2016 / 01:57

      Salam kenal.
      Di Singgalang ada, katanya bisa 20.000-25.000
      Di Radar Sby saya belum pernah dimuat 🙂

      Suka

Silakan Tinggalkan Jejak