Lampau

Jerih Payah Anak Balian Menggapai Mimpi

Judul                            : Lampau

Penulis                          : Sandi Firly

Penerbit                       : Gagas Media

Tahun Terbit                : Pertama, 2013

Jumlah Halaman          : 346 halaman

ISBN                           :  978-979-780-620-0

Peresensi                     : Muhammad Rasyid Ridho, Ketua Jurnalistik Club Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang.

Perjuangan anak daerah menggapai mimpinya selalu menarik untuk dikisahkan. Kisah Ikal dan kawan-kawannya dalam tetralogi Laskar Pelangi misalnya,  bahkan bisa menjadi best seller di tanah air. Tersebab demikian, ada sebagian penulis yang terkesan mengekor dengan menulis karya serupa. Namun, ada pula yang menulis serupa namun dengan gaya khas, unik dengan klimaks dan akhir kisah yang berbeda dengan lainnya.

Lampau karya Sindi Firly salah satunya. Berdasarkan judulnya, novel ini bercerita tentang masa sebelumnya seorang tokoh utama dalam novel ini Sandayuhan. Dengan sudut pandang orang pertama novel ini bercerita, Ayuh panggilan akrabnya bercerita tentang kehidupannya dahulu dengan plot campuran. Prolog cerita, Ayuh yang telah menjadi penulis di Jakarta, bercerita tentang keharusannya pulang ke tanah kelahirannya Loksado, Kalimantan Selatan. Lantaran ibu Ayuh sakit dan ibunya meminta Ayuhlah yang menyembuhkan, karena Ayuh adalah seorang balian.

Balian adalah sebutan lain dukun yang ada di daerah Loksado, Kalimantan. Sebagai keturunan seorang dukun, maka sudah seharusnya Ayuh nantinya akan menggantikan ibunya. Namun, Ayuh tidak mau dan memilih jalan lain. Dia ingin meneruskan sekolahnya, setelah lulus SD. Dia tidak mendengarkan apa kata ibunya, tentang dua takdir lelaki Loksado. Kalau tidak menjadi petani, maka menjadi balian. Menurut ibunya tanpa mencari ilmu jauh-jauh, Ayuh bisa bermanfaat bagi orang lain, untuk kampungnya, juga untuk dirinya sendiri. Hanya dengan menjadi balian (halaman 139).

Melihat beberapa temannya melanjutkan kue SMP, Ayuh pun ingin. Selain itu yang membuat dia teguh ingin meneruskan sekolah, Amang Dulalin. Pamannya yang memiliki banyak buku, yang menurut cerita buku-buku dulunya kepunyaan bapak Ayuh. Di rumah Amang Dulalinlah Ayuh mendapatkan motivasi untuk menuntut ilmu dan melihat dunia luar, melalui buku-buku yang dia baca.

Pergulatan batin sempat Ayuh alami, ketika mimpi ular sering menghantui malam-malamnya. Menurut ibunya, mimpi ular itu mempunyai arti bahwa Ayuh terpilih sebagai balian yang akan menggantikan ibunya kelak. Namun, Ayuh tetap teguh akan melanjutkan sekolahnya. Dia memikirkan walau keadaan keluarganya miskin, namun dia tetap bisa sekolah.

Dari perkataan guru agamanya, ada Pondok Pesantren yang tidak memungut biaya alias gratis bagi santri miskin. Setelah berdiskusi dengan Amang Dulalin, akhirnya Ayuh pun siap dengan konskuensi dia harus menjadi seorang Muslim ketika diterima di Pesantren. Dia dan keluarganya selama ini masih menganut agama kepercayaan di Loksado.

Cover Lampau
Cover Lampau

Maka, apa yang diajarkan di Pesantren berbeda keyakinan dengan kepercayaan yang selama ini dia anut. Ibunya tentu sangat menolak. Setelah lobi yang lama antara Amang Dulalin dan Ayuh dengan ibunya. Akhirnya, Ibu Ayuh tidak bisa melarang Ayuh untuk melanjutkan sekolah walau harus berada jauh dari sisinya.

Namun, tidak lama di Pesantren Ayuh harus keluar dari pondok karena dianggap memukul salah satu keluarga pengasuh Pesantren. Ayuh pun menjadi pembawa barang-barang milik orang yang akan menaiki kapal. Dalam hati dia ingin sekali pergi jauh dari Kalimantan, ke Jakarta tujuannya.

Tanpa disangka keinginannya itu terpenuhi. Dia terlambat kembali ke luar dari kapal setelah membawa barang-barang milik seorang ibu yang dia bantu. Di Jakarta hidupnya tidak bisa dibilang baik-baik saja. Karena dengan kenalannya di kapal dia menjadi preman yang menguasai sebuah daerah. Seringkali dia harus berhadapan dengan preman lain yang ingin menguasai daerahnya.

Tak lama menjadi preman dia pun harus pergi dari kawasan yang sempat dikuasai. Lalu menjadi seorang penjaga masjid. Dengan bekal yang dia dapati ketika di Pesantren hal ini bisa dibilang mudah. Di sinilah, kehidupannya menjadi terang.

Dalam novel ini Sandi mampu membawa pembaca penasaran untuk membaca hingga akhir kisah. Dengan bahasa yang nyaman dibaca, novel ini Sandi sajikan. Bahkan dalam novel ini pembaca dibiarkan mencari sendiri akhir kisah Ayuh, yang tidak tahu siapa nanti yang akan menjadi istrinya. Di antara dua wanita yang dia cintai, atau malah orang lain. Sebab begitu jodoh termasuk misteri Illahi. Maka dengan berbagai hikmah di dalamnya, tak pelak novel 346 halaman ini sangat layak dibaca.

gambar diambil dari sini

(15-Dimuat di rimanews.com 20 Januari 2014)

2 respons untuk ‘Lampau

Silakan Tinggalkan Jejak