Namaku Loui(sa)

Jalan Hidup Penyandang Ambiguous Genitalia

Judul                            : Namaku Loui(sa)

cover Namaku Louisa
cover Namaku Louisa

Penulis                          : Adya Pramudita

Editor                          : Sasa

Penerbit                       : Moka Media

Tahun Terbit                : Pertama, 2015

Jumlah Halaman          : 240 halaman

ISBN                           :  978-979-795-964-3

Peresensi                     : Muhammad Rasyid Ridho, Pustakawan-Pendiri Klub Pecinta Buku Booklicious

Allah memang Maha Pencipta segala yang luar biasa, bahkan kadang tak terjangkau akal manusia pun. Siapa yang mengira akan ada orang yang memiliki dua jenis kelamin dalam satu tubuh. Karena banyak orang yang mengira, di dunia ini cuma ada dua jenis kelamin manusia yang dianugerahkan Tuhan, kalau tidak laki-laki maka perempuan.

Bagi penyandang ambiguous genitalia hal ini seakan tidak berlaku, karena terlahir dengan jenis kelamin yang meragukan. Biasa disebut dengan istilah alat kelamin ganda atau interseksual yaitu alat kelamin yang meragukan ketika seseorang dilahirkan. Penderita genetic, anatomic dan atau fisiologik yang meragukan antara laki-laki dan perempuan (halaman 108).

Hal inilah yang ingin diangkat oleh Adya Pramudita dalam novel terbarunya, Namaku Loui(sa). Sepertinya judulnya, nama tokoh dalam novel ini bernama Louisa. Seorang anak peternak sapi, yang lahir di pelosok NTT ketika ayahnya sedang bertugas di sana. Sejak kelahiran memang orang tuanya sudah bingung apa jenis kelamin anaknya, karenanya baru seminggu setelahnya baru dia diberi nama.

Setelah selesai tugas di NTT, ayah Louisa dipindahkan ke peternakan lain sejak Louisa kelas 3 SD. Sejak itu pulalah Louisa memiliki sahabat yang bernama Dimitri dan Jingga. Mereka sering bermain bersama di peternakan, bahkan sampai besar tetap bersahabat dan terus saling mendukung.

Ketika Louisa kabur dari rumah karena masalah dengan ibunya. Jingga yang mendukung Louisa dengan membelikannya biola agar bisa tetap berkarya dan menjadi violinis hebat, meski tidak melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi seperti kedua sahabatnya. Ternyata dukungan sahabat-sahabatnya itu memang mampu menjadi bagi Louisa, sehingga dia bisa menjadi bintang baru dijagad entertainment Indonesia, khususnya sebagai pemain biola atau violinis yang terkenal (halaman 56).

Menjadi artis bukan hanya perkara senang mendapat banyak uang, tetapi juga kesedihan bagaimana kadang ruang-ruang pribadi akan menjadi konsumsi masyarakat banyak. Hal ini sangat tidak disukai oleh Louisa, apalagi sampai dijodoh-jodohkan dengan artis pendatang baru, Hans Jo sebagai dagangan penghasil uang media massa.

Mau tidak mau Louisa pun berakting bahwa mereka pacaran, meski sejatinya dia tidak mau berpacaran. Selain memang tidak mencintai Hans Jo, ada masalah dalam dirinya yang telah lama mengganggu pikiran. Pertama, ketika teman perempuan sebayanya ada perubahan bentuk tubuh ketika SMP, tetapi dia tidak. Bahkan sampai ibunya memberi bantal yang dipasang di dadanya. Kedua, saat SMP juga teman-temannya sudah menstruasi. Tetapi dia tidak, bahkan sampai dia menjadi artis terkenal. Hal inilah yang menjadi konflik dalam diri Louisa.

Karena sekian lama, Louisa semakin banyak masalah dalam pekerjaannya. Dia pergi dari Jakarta dan mendatangi Semarang. Selain untuk memrefresh pikiran, tujuan Louisa ke Semarang untuk memeriksakan keanehan yang terjadi pada dirinya. Setelah diperika, benar dirinya memang aneh. Dia bukan genetik Y atau X, tetapi XY, yang berarti dia memiliki dua jenis kelamin yaitu perempuan dan laki-laki.

Dokter menyarankan agar Louisa memilih salah satunya, nanti akan dioperasi. Tentu saja ini mengguncang hati Louisa. Jingga-lah yang tetap mendukung Louisa, apapun pilihannya. Hingga nanti Louisa memilih menjadi laki-laki. Bagi saya ini adalah pilihan yang tepat. Karena dia secara genetis adalah laki-laki memiliki alat kelamin di dalam dan bisa dioperasi untuk dikeluarkan. Sedangkan, secara penampilan fisik sejak kecil dia adalah perempuan, tetapi tidak memiliki rahim.

Penulis novel Menjeda ini menurut saya sudah memutuskan dengan tepat bagi tokohnya. Dalam aturan agama, tidak dibolehkan transgender hanya dilakukan karena perasaan. Namun, jika persoalannya jenis kelaminnya ganda dan contoh kasus Louisa, maka menjadi laki-laki adalah pilihan yang tepat. Karena jika dia memilih menjadi perempuan, tentu saja dia tidak akan bisa hamil karena tidak memiliki rahim.

Novel ini mengajarkan pembaca agar tetap memanusiawikan orang yang mendapatkan anugerah dengan dua jenis kelamin dalam tubuhnya. Dia seharusnya didukung, dicintai, disayangi dan diberi solusi, bukannya dibenci. Sehingga bisa memilih fitrah sebenarnya dia hidup di dunia. Sebuah novel yang menarik dan recommended, karena tidak sekadar menghibur tetapi juga memberi pencerahan pada pembaca. Selamat membaca!

dok pribadi
dok pribadi

*resensi pernah dimuat di Radar Sampit 10 Mei 2015