Bilqis Karya Waheeda El-Humayra

cover Bilqis

Pesona Akhlak Bilqis

Judul                            : Bilqis

Penulis                          : Waheeda El-Humayra

Editor                           : Yadi Saeful Hidayat

Penerbit                       : Mizania

Tahun Terbit                : Pertama, Januari 2016

Jumlah Halaman          : 323 halaman

ISBN                           :  978-602-1337-93-6

Peresensi                     : Muhammad Rasyid Ridho, Pengajar Kelas Menulis SD Plus Al-Ishlah Bondowoso

Saba’eeya, sebuah negeri yang dipimpin oleh seorang ratu. Saba’ berarti subur, selain itu juga diartikan sebagai anugerah Tuhan. Hal ini karena, jika jazirah Arab penuh dengan padang pasir, maka Saba’ adalah tanah hijau bak zamrud. Jika di tanah Arab lain hanya makan daging dan sedikit buah-buahan. Di Saba’ sepanjang tahun selalu panen, daging-daging menjadi lebih lezat karena dicampur rempah-rempah, dan banyak anekah buah-buahan yang tumbuh (halaman 26).

Ratu awalnya disangsikan mampu memimpin Saba’. Karena Raja waktu itu hanya memiliki anak perempuan, maka mau tak mau dia harus menjadi pengganti orangtuanya menjadi pemimpin di Negeri Saba’. Namun, ternyata dia mampu memimpin negeri tercintanya, dan sangat dicintai oleh rakyatnya.

Tetapi, sebagaimana seharusnya hidup, ada ujian dan cobaan yang melanda. Negeri Saba’ dihampiri wabah yang mematikan banyak orang. Tidak ada yang bisa menyembuhkan wabah tersebut (halaman 43). Pengobatan telah dilakukan, bahkan persembahan atas kelahiran anak matahari tidak bisa mengatasi wabah.

Lima ritual persembahan tidak memberi hasil (halaman 69). Semua masyarakat yang masih sehat bingung dan khawatir, pejabat negara terdesak, para pendeta kehabisan akal. Ratu Saba’ kehilangan arah juga merasa bersalah. Lalu ada tawaran dari kerajaan sebelah, yang akan mengirim bantuan dokter untuk pengobatan orang-orang Saba’ yang sakit. Namun, Ratu bimbang, dia sebenarnya tidak ingin ada orang luar Saba’ yang ikut campur urusan kerajaan.

Tetapi, karena semakin mendesak akhirnya Ratu menyetujui bantuan dari dokter-dokter dari Ursyalum. Maka datanglah rombongan dokter dari Ursyalim yang dipimpin oleh Harb (halaman 76). Ketika Harb datang, terjadi kasus pengkhianatan agama di Saba’. Samen pembantu kerajaan di dapur, ketahuan telah keluar dari agama penyembah matahari. Dia memeluk agama Ibrahim yang lurus.

Di Saba’, pengkhianatan agama tidak bisa ditoleransi. Pengkhianatan agama adalah dosa terbesar, sehingga pelakunya akan dihukum mati dengan cara dipancung. Namun, sebenarnya ini bukan keputusan Ratu, tetapi keputusan dari Atape pendeta kerajaan. Menurut Atape, kemungkinan wabah yang melanda Saba’, terjadi karena Samen keluar dari agama penyembah matahari dan dewa matahari akhirnya marah pada negeri Saba’ (halaman 97).

Selain itu, ketika itu Ratu kedatangan surat yang dikirim oleh Raja Muda Ursyalim, Sulaiman. Sulaiman yang tidak hanya Raja tetapi juga Nabi Allah, mengajak Ratu Saba’ untuk meninggalkan sesembahan lamanya, dan kemudian menjadi penyembah Allah dengan mengikuti agama Nabi Ibrahim yang lurus.

Kerajaan terguncang. Ada rasa marah, juga gentar. Mereka tidak mungkin meninggalkan agama nenek moyang mereka, apalagi Saba’ mengalami masa genting dengan wabah yang menjangkiti hampir seluruh negeri. Namun, untuk menyerang Ursyalim rasanya tidak mungkin, Ursyalim adalah kerajaan yang besar.

Akhirnya, musyawarah pejabat dan Ratu adalah negoisasi dengan Ursyalim. Ratu mengirim utusan ke Ursyalim dengan membawa hadiah kepada Sulaiman. Tetapi, Sulaiman malah tidak senang dengan hadiah yang dibawa utusan Ratu, karena Sulaiman sudah memiliki banyak hal yang telah diberikan oleh Allah.

Sehingga, Ratu Saba’ yang datang sendiri ke Ursyalim (halaman 117). Sulaiman dan pejabat Ursyalim menyambut. Sulaiman mengajak Ratu untuk berjalan-jalan melihat kerajaan Ursyalim. Sejak itu pula nama Bilqis Sulaiman berikan kepada Ratu Saba’. Bilqis berarti permaisuri yang cantik (halaman 130).

Ratu Saba’ Bilqis, senang dengan nama itu. Dia merasakan pertemuan dengan Nabi Sulaiman sangat membahagiakan. Selain itu melihat kerajaan dan wibawa Sulaiman, keyakinannya terhadap agama nenek moyang yang memang goyah semakin luntur. Dia pun meyakini agama Sulaiman yang benar. Akhirnya, dia menjadi pemeluk agama Ibrahim yang lurus (halaman 138).

Sulaiman juga menyukai Bilqis, ketika Bilqis akan pulang, dia berkata ingin menikahi Bilqis. Namun, sampai Bilqis sampai di Saba’, Bilqis masih bingung. Sulaiman memiliki 59 istri. Rasanya dia tidak sanggup menjadi istri yang termuda. Begitulah, kisah ini diceritakan oleh Lahela yang sudah tua dibantu dan ditulis oleh anak muda bernama Sahab (halaman 229). Lahela adalah perias Ratu Bilqis yang ternyata memiliki misi dalam pekerjaannya (halaman 43).

Novel epik karya Waheeda El-Humayra ini sangat mengesankan. Bahasanya yang indah memikat. Kisah yang bermakna, dengan kepribadian Bilqis yang memesona menjadi teladan bagi pembaca. Selamat membaca!
dimuat di Harian Singgalang 13 Agustus 2017
*
bisa dipesan di Toko Buku Hamdalah wa http://bit.ly/085933138891
* info buku-buku bisa bergabung di channel telegram: t.me/bukabukubukadunia