Kick Andy Heroes (Para Pahlawan Penembus Batas)

cover Kick Andy Heroes
cover Kick Andy Heroes

Kisah Pahlawan Penembus Batas

Judul                            : Kick Andy Heroes

Penulis                          : Wisnu Prasetya Utomo dan Tim Kick Andy

Editor                          : Ikhdah Henny & Qha

Penerbit                       : Bentang Pustaka

Tahun Terbit                : Pertama, Februari 2014

Jumlah Halaman          : 174 halaman

ISBN                           :  978-602-291-010-7

Peresensi                     : Muhammad Rasyid Ridho, Pendiri Klub Pecinta Buku Booklicious Malang

Hidup akan terus disyukuri jika segenap hati, tenaga dan pikiran bekerja untuk membantu sesama. Rasa sayang pada orang lain, lingkungan, juga pada alam memacu untuk berbuat lebih. Meskipun ada keterbatasan, tak ada ragu untuk mengabdikan hidup untuk kebaikan. Begitulah kiranya hidup para pahlawan yang diceritakan dalam buku Kick Andy Heroes: Para Pahlawan Penembus Batas karya Wisnu Prasetya Utomo dan Tim Kick Andy.

Dalam buku ini ada kisah tujuh pahlawan yang berjuang untuk kepentingan bersama, meski mereka sendiri dalam keterbatasan. Adalah Yon Haryono, mantan atlet Indonesia cabang angkat besi.

Yon lahir pada 16 Februari 1969 di Pringsewu, Lampung. Daerahnya adalah kawasan transmigran dari Jawa yang sudah lama mendiami Lampung sejak zaman kolonial Belanda. Daerah ini memiliki kultur agraris. Namun, semakin hari semakin banyak persawahan yang dipakai untuk pembangunan. Akhirnya, lapangan pekerjaan bagi generasi berikutnya menjadi sedikit.

Olahraga menjadi angin segar bagi para pemuda daerah ini guna meraup rupiah. Dengan berprestasi di bidang olahraga, mereka berharap akan mengangkat kondisi perekonomian keluarga. Khususnya olahraga angkat besi. Banyak lifter yang lahir dari Lampung. Seperti Imron Rosyadi yang legendaris (1960-1970-an), pada dekade berikutnya ada Joko Buntoro. Dari pengalaman tersebut, akhirnya banyak anak muda tertarik menjadi lifter, termasuk Yon.

Pada zaman itu, rasanya bangga sekali bila memakai jaket olahraga bertuliskan “Indonesia” atau “KONI”. Karena tidak sembarangan bisa memiliki ataupun membuat. Kalau sekarang bisa membuat dan yang menjual juga ada, meski bukan atlit bisa memakai jaket itu pula. Ini pula yang membuat Yon tertarik pada angkat besi.

Yon mulai bergabung dengan Sasana Angkat Besi Gajah Lampung, saat kelas 5 SD. Sasana angkat besi Gajah Lampung ini terkenal di Lampung, karena pengelolanya adalah lifter legendaris, Imron Rosyadi. Sejak masuk di sasana ini, Yon bersungguh-sungguh untuk mencapai keinginan sederhananya, bisa memakai jaket olahraga dan bisa berkunjung ke luar negeri (halaman 8).

Dengan gemblengan Imron yang ketat, disiplin dan keras akhirnya Yon berhasil mendapatkan medali perak dalam kejuaraan lifter nasional remaja junior. Ini membuat Yon mendapatkan beasiswa dari pemerintah selama enam tahun untuk bersekolah sembari berlatih di SMP dan SMA Ragunan.

Di Ragunan inilah dia terus berkembang. Yon dipanggil Pelatnas untuk persiapan menghadapi Olimpiade Seoul pada 1988. Selama dua tahun dia digembleng oleh pelatih asal Polandia, Waldamer Basanovsky yang mengajarkan dia teknik snactch on the box. Tekhnik mengangkat barbel secepat mungkin dari posisi lutut ke pangkal paha. Pada waktu itu, dia juga dilatih oleh Huang, pelatih asal China yang mengajarkan pada dia tentang kemampuan menggunakan tenaga. Kombinasi dua tekhnik ini yang membuat lifter berhasil. Meski begitu, Yon hanya bisa menjadi peringkat ke-7 di kejuaraan dunia kala itu. Untuk anak seusianya itu sudah baik (umur 19 tahun).

Namun, jalan Yon menjadi lifter harus pensiun pada usia 24 tahun. Karena cedera parah tulang siku tangan kirinya terlepas seringkali kambuh. Akhirnya, impian yang kandas di tengah jalan itu tidak membuat dia putus asa. Dia ingin agar ada generasi yang melanjutkan mimpinya.

Atas niat ini, maka pada tahun 2000 Yon membuat Sasana sederhana nan terbatas. Yon mengajak anak-anak SD sampai SMA untuk berlatih di Sasanan ya. Alat-alat dan fasilitas dia dapatkan dari teman-temannya dulu. Tak jarang dia merogoh kantong untuk kebutuhan bersama. Dia melatih dengan mengimplementasikan apa yang dia dapat dari Basonavsky dan Huang dengan penuh kedisiplinan. Dari Sasanan sederhana Yon inilah akhirnya lahir lifter berprestasi, seperti Eko Yuli Irawan, Triyatno dan Edi Kurniawan yang telah mengharumkan nama Indonesia pada dunia Internasional.

Selain itu buku 174 halaman ini juga memuat enam kisah lain, tentang orang-orang yang menembus keterbatasannya untuk berbuat baik nan bermanfaat bagi sesama. Seperti Musa Rumpedai yang menjadi penyelamat penyu dan Aris Djunaedi, pemuda yang mencoba menghapus stigma jelek pada Rawa Malang.

Maka, tak pelak buku ini menjadi rekomendasi untuk Anda baca. Buku yang inspiratif, sekaligus menggerakkan pembaca agar tidak putus asa atas keterbatasan yang ada. Jika mereka bisa bermanfaat dengan keterbatasan hidup, tentu pembaca pun bisa. Insya Allah. Selamat membaca!

dok pribadi
dok pribadi

(80- dimuat di Harian Umum Singgalang 23 November 2014)