Blog Tour Hari Pertama: Gerbang Trinil

Membuka Tabir Gerbang Trinil

cover Gerbang Trinil
cover Gerbang Trinil

Judul                            : Gerbang Trinil

Penulis                          : Riawani Elyta dan Syila Fatar

Penerbit                       : Moka Media

Editor                          : Dyah Utami

Tahun Terbit                : 2014

Jumlah Halaman          : 296 halaman

ISBN                           :  978-979-795-874-4

Peresensi                     : Muhammad Rasyid Ridho, Pustakawan-Pendiri Klub Pecinta Buku Booklicious.

Hari pertama saya mengunggah resensi tentang Gerbang Trinil ya sahabat buku. Selamat membaca!

***

Pernahkah Anda menonton Star Wars? Atau film yang ada kaitannya dengan dunia alien? Percayakah Anda bahwa alien itu ada? Atau Anda percaya bahwa alien adalah makhluk asing ciptaan khayalan manusia? Memang, alien sampai sekarang adalah kontraversi dan selalu menjadi bahan pembicaraan bahkan selalu menjadi tema yang tak habis untuk dijadikan film dan novel.

Banyak film dan buku tentang alien dibuat oleh penulis atau sutradara luar negeri, kali ini ada penulis Indonesia yang mencoba menulis dengan tema ini. Cukup menarik perhatian. Karena tak hanya temanya yang tak biasa, tetapi juga ditulis oleh dua orang penulis. Menulis satu novel dengan dua kepala yang berbeda tentu bukanlah hal yang mudah bukan? Ditambah lagi dengan tema yang jarang diangkat oleh penulis-penulis Indonesia.

Gerbang Trinil judul bukunya, ditulis oleh Riawani Elyta dan Syila Fatar. Dua penulis yang dipertemukan di dunia maya dan sebuah grup kepenulisan bernama BAW (Be a Writer). Ceritanya Syila Fatar adalah penggagas cerita dalam buku ini, ketika ada proyek menulisnovel duet, Syila memilih Riawani dengan alasan telah memiliki pengalaman menulis cukup banyak  buku, sedangkan dirinya masih akan dengan cerita yang digagasnya tersebut. Setelah deal, maka mereka berdua pun memulai penulisan dan saling menyemangati.

Novel ini bercerita tentang Areta yang menyukai segala hal tentang Pithecanthropus erectus. Bahkan hal ini sudah menjadi obsesinya, dia ingin meneliti segala hal yang berkaitan tentang manusia purba tersebut. Dengan rasa penasaran yang begitu besar tersebut, dia menjadi siswi yang dikenal oleh Bu Eti petugas perpustakaan sekolah. Karena dia menjadi siswi yang paling sering mengunjungi perpustakan, dan buku yang dicari dan dia baca adalah buku tentang manusia purba.

Dari apa yng dia baca dia mengenal Eugene Dubois, peneliti yang dikatakan banyak menemukan fosil di Jawa Indonesia. Tak dinyana, ternyata anak dan cucunya Harry Dubois juga tertarik pada penelitian dan fosil. Areta kenal dengan Harry dan mereka sering berdiskusi tentang fosil via internet. Hingga pembicaraan mereka pun sampai pada Pithe. Karena Pithe, Harry pun ingin berkunjung ke Indonesia untuk meneliti kembali seperti apa yang pernah Kakek dan Ayahnya lakukan dulu.

Fosil Pithe pernah ditemukan di daerah Trinil dan beberapa disimpan di museum Trinil. Di museum tersebut konon juga disimpan fosil Pithe. Harry pengin datang ke sana, begitu juga dengan Areta. Hingga saatnya Harry berangkat ke Indonesia, Areta juga meminta izin pada orangtuanya untuk mengunjungi neneknya di Trinil. Sebuah alasan selain tujuan utama yakni, meneliti Pithe. Meski sempat tidak boleh oleh orangtuanya, akhirnya dibolehkan juga.

Sesampai di rumah neneknya, Areta pun merasakan keanehan neneknya. Nenek yang masih menyimpan fosil tengkorak yang katanya adalah bibi Areta atau anak dari neneknya. Kedatangannya yang kedua kali  ke rumah neneknya menjadi awal dia harus mengenal Pithe yang sesungguhnya. Manusia purba yang ternyata belum punah. Mereka masih tersisa di luar angkasa dan siap menginvasi bumi karena ingin menguasai kembali seperti dulu.

Bagaimana kisah selanjutnya? Mengapa nenek Areta masih menyimpan tengkorak ‘anaknya’? Mengapa Pithe masih ada di dunia? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terjawab jika Anda membaca novel ini. Sebuah novel yang tertulis science fiction di sampulnya. Dalam hal ini saya menganggap science yang ada adalah tentang pengetahuan Pithe dan segala hal tentang manusia purba. Sedangkan seperti masih adanya manusia purba di angkasa adalah khayalan penulis semata, atau bisa disebut fantasi.

Meski ditulis dengan dua kepala novel ini enak dibaca, tidak membuat pusing. Hanya saja ada beberapa kesalahan penulisan dan pengetikan dalam beberapa halaman. Bagi saya kekurangan buku ini sudah terlunasi dengan penyuguhan cerita yang tak biasa oleh penulis, cukup menegangkan dan membuat ketagihan untuk membaca hingga akhir.

Maka, jika Anda adalah penyuka novel science fiction dan fantasi, tak salah jika Anda membawa buku ini ke kasir dan membelinya. Anda tak akan merasa rugi ketika telah membacanya, dan akan puas, insya Allah. Jika Anda bukan pembaca novel genre ini, boleh-boleh saja dicoba, mungkin saja nanti ketagihan dan ingin membaca buku yang bergenre sama. Selamat membaca!

(79-24-Nopember-2014)